Dalam kurun waktu 2015-2019, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan pembangunan 65 bendungan untuk mendukung ketahanan air dan ketahanan pangan meliputi pembangunan lanjutan 16 bendungan yang belum selesai pada 2014 dan 49 bendungan baru. Hingga akhir 2019, ditargetkan selesai pembangunannya 29 bendungan dan akan menambah tampungan air sebanyak 2 miliar m3.
“Kita punya 230 bendungan yang mencukupi bagi 11 persen layanan lahan irigasi seluas 7,2 juta ha. Air irigasi dari bendungan dapat mengairi lahan sawah sepanjang tahun, sehingga pola tanam bisa dua kali dalam setahun. Sementara bila sumber air dari tadah hujan hanya mampu satu kali setahun. Pembangunan 65 bendungan yang tengah dilakukan adalah untuk meningkatkan luas lahan irigasi yang mendapat suplai air dari bendungan menjadi 19 persen sehingga meningkatkan jumlah dan hasil panen sehingga mendukung ketahanan pangan nasional.”jelas Menteri Basuki dalam keterangan resmi, Rabu (17/5/2017).
Sampai dengan tahun 2016 telah diselesaikan pembangunan 7 (tujuh) bendungan, yaitu Bendungan Rajui, Bendungan Jatigede, Bendungan Bajulmati, Bendungan Nipah, Bendungan Titab, Bendungan Paya Seunara, dan Bendungan Teritib. Sementara itu, pada 2017 ditargetkan tambahan tiga bendungan selesai yaitu Bendungan Raknamo, Bendungan Tanju, dan Bendungan Marangkayu.
Baca Juga: Basuki Akui Target Pembangunan 65 Bendungan Butuh Kekompakan
Pada tahun 2017 akan dibangun 9 (sembilan) bendungan baru dengan total kebutuhan dana untuk konstruksi dan supervisi sebesar Rp 18,25 triliun. Sembilan bendungan itu adalah Bendungan Rukoh di Aceh, Bendungan Way Apu di Maluku, Bendungan Baliem di Papua, Bendungan Lausimeme di Sumatera Utara, Bendungan Sidan di Bali, Bendungan Pamukkulu di Sulawesi Selatan, Bendungan Komering II di Sumatera Selatan, Bendungan Bener di Jawa Tengah, dan Bendungan Temef di Nusa Tenggara Timur.
Seminar Nasional Bendungan Besar 2017 diadakan KNIBB selama dua hari di Padang pada 16-17 Mei 2017. Seminar Nasional ini dimaksudkan untuk bertukar informasi, pengalaman, inovasi teknologi, serta menambah wawasan baru mengenai seluk-beluk pembangunan dan pemeliharaan bendungan yang penting untuk Indonesia. Sebagai organisasi yang telah berumur 44 tahun dengan anggota yang mencapai 1.500 orang, peran KNIBB sangat diharapkan dalam menyiapkan SDM yang lebih profesional dan militan, serta tanggap terhadap ancaman bencana.
Melalui seminar ini diharapkan menjadi sebagai sarana pertukaran informasi, pengalaman, strategi, dan inovasi teknologi terbaru untuk lebih memahami perkembangan dan manajemen bendungan besar.