Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Nusa Tenggara Barat (NTB), Sahminudin berpandangan, propinsi NTB saat ini adalah salah satu sentra tanaman tembakau di Indonesia. Sebelumnya tahun 1969, Propinsi NTB dikenal sebagai daerah kelaparan atau bisa dikatakan daerah miskin.
Berawal dari tahun tersebut, masyarakat NTB perlahan-lahan merubah pola ekonominya. Lahan yang tidak punya nilai ekonomi berubah drastis menjadi produktif. Hal ini berdampak pada SDM di NTB yang pendidikannya maju, ekonomi meningkat, bahkan tidak terdengar lagi busung lapar.
"Selain itu, rumah jadi sehat permanen, sarana ibadah masjid, pondok pesantren banyak dan mutu keamanan semakin kondusif, haji meningkat dari tahun ke tahun," kata Sahminudin di Mataram, NTB, Selasa (16/5/2017).
Sahminudin menambahkan, potensi lahan cocok dengan tanaman tembakau. Di Lombok ada lahan sekitar 68500 ha, Sumbawa 10000 ha, dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 250.000 orang. Perputaran uang 1,5 hingga 2 Triliun rupiah tiap musim panen tembakau.
Baca Juga: Diversifikasi Tembakau Akan Matikan Kehidupan Petani
"Iklim di dareah kami sangat cocok dengan tembakau yang merupakan daerah dengan ketersediaan air terbatas," ujarnya.
Adanya ancaman dari kelompok anti tembakau yang ujung-ujungnya mematikan urat nadi pertembakauan nasional, menurut Sahminudin mengancam kehidupan petani tembakau.
Mereka yang menyeru anti tembakau dengan mendapatkam kucuran dana dari Bloomberg Initiative dan perusahaan farmasi asing sangat getol menyuarakan bahaya tembakau bagi kesehatan.
"Kelompok anti tembakau tersebut sangat mengganggu kehidupan petani tembakau tak hanya di NTB, tapi juga petani tembakau se-Nusantara," ujarnya.
Agenda Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang digawangi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), salah satu agendanya adalah diversifikasi tembakau.
Baca Juga: Petani Tembakau Desak Pemerintah Tak Aksesi FCTC
"Itu tidak mudah, dan akan kami tolak bilamana kami dialihkan ke tanamam lain," tegasnya.
Petani tembakau di pelosok propinsi NTB sangat menyayangkan kampanye anti tembakau yang dilakukan oleh sekutu Bloomberg Initiative dan perusahaan farmasi asing. Pasalnya, mereka yang selalu menggerogoti budidaya tembakau dengan giat mendorong FCTC untuk segera diterapkan di negara ini.