Sejumlah anggota delegasi dari The Royal College of Defence Studies Inggris berkunjung ke kantor Kemenko Bidang Kemaritiman, Jakarta, Senin (15/5/2017). Lembaga yang serupa dengan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) RI itu membawa delegasi yang terdiri dari 12 negara, antara lain Inggris, India, Pakistan, Bangladesh dan lainnya. Mereka diterima oleh Deputi Koordinasi Bidang Kedaulatan Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman Arif Havas Oegroseno. Tujuan pertemuan tersebut antara lain untuk melakukan studi dan berdiskusi di bidang strategi hubungan internasional, khususnya di bidang kemaritiman dengan Pemerintah Indonesia.
Sebelum mulai sesi tanya jawab, Deputi Havas memaparkan tentang letak geografis Indonesia beserta hambatan dan tantangan dalam menjaga keamanan teritori dan mengolah kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. “Luas perairan Indonesia jumlahnya lebih besar 75 persen daripada luas daratan, ini artinya apabila kita naik penerbangan langsung dari Sabang ke Merauke membutuhkan waktu hingga 8 jam nonstop,” ujarnya memberikan gambaran.
Dengan luas perairan yang besar, sambungnya, Indonesia menghadapi banyak tantangan dan ancaman di bidang kemaritiman. “Kita menghadapi masalah serius tentang illegal fishing, penyelundupan manusia, penyelundupan senjata, tindak kekerasan di laut dan lain-lain,”jelasnya kepada anggota delegasi.
Baca Juga: Ketemu PM Polandia, Jokowi Bahas Kerjasama Ekonomi Maritim
Untuk mengatasi hal tersebut, Havas menceritakan bahwa Indonesia telah membuat sebuah kebijakan kelautan yang dijadikan petunjuk oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk menyusun kebijakan kelautan. “Sebagai implementasi kebijakan itu, pemerintah telah menyusun rencana aksi yang sangat spesifik mengangkut program prioritas dalam bidang kelautan yang termasuk didalamnya ada program kemaritiman,”bebernya kepada hadirin.
Tak hanya itu, sambungnya, di dalam rencana aksi juga dicantumkan soal anggaran serta kementerian/lembaga yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program. “Dalam waktu 1-2 tahun kita akan monitor dan evaluasi program yang telah dijalankan,”ujar Havas. Mengenai strategi ini, dia menegaskan bahwa Indonesia membutuhkan sistem yang kuat.
Lebih jauh, mantan Dubes RI untuk Belgia ini mengatakan bahwa kini pemerintah RI sedang fokus dalam membangun sektor kemaritiman dan kelautan. “Indonesia akan berfokus pada masalah koneksitas antar pulau dan ekplorasi hasil bumi. Selain kita akan mencari kemanfaatan dari lautan kita, kami juga akan fokus dan terbuka mengadakan studi mengenai kemaritiman dengan berbagai Negara, demi membangun kesepahaman dan rasa persaudaraan antar nbegara,” ujarnya.
Menanggapi penjelasan Havas, Ketua Delegasi The Royal College of Defence Studies Rear Admiral Kingswell mengaku kagum atas apa yang telah dilakukan oleh Indonesia. Dirinya menilai studi dan diskusi bersama mengenai hubungan internasional dan kemaritiman ini sangat positif.
“Ini adalah penghargaan bagi kami dapat berkunjung ke sini, kami melihat keunikan dari letak geografis Indonesia yang sangat luar biasa. Apalagi dengan capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia, kami rasa pertemuan ini sangat baik dan bisa memberikan gamabaran bagaimana sebenarnya kemaritiman Indonesia dapat berkembang lebih pesat lagi,” jelasnya.
Baca Juga: Indonesia Pimpin Forum Maritim Asean+8
Pertemuan yang baru pertama kali diadakan ini, merupakan agenda kunjungan studi banding The Royal College of Defence Studies ke tiga negara, yakni Indonesia, Jepang dan China. Selain studi mengenai kawasan dan region, diskusi ini juga membahas isu pertahanan atau surveillance dan juga strategi kemaritiman demi menumbuhkan perekonomian.