Suara.com - Saat merasa punya panggilan jiwa buat jadi entrepreneur tapi merasa gak enjoy jadi karyawan, lalu gimana? Mengambil keputusan resign bukan hal mudah. Kebanyakan pilih main aman. Nggak sedikit orang yang bangun bisnis tapi enggan lepaskan status karyawan kantoran. Apakah ini solusi jitu?
Belum tentu juga. Peluangnya pun penuh ketidakpastian. Ada yang berhasil tapi banyak juga yang gagal. Lakoni peran jadi orang kantoran sekaligus pebisnis mensyaratkan banyak hal.
Sebenarnya nggak perlu memaksakan diri berbisnis kalau hati masih condong sama status karyawan. Di samping itu, ada alasan lain mengapa keinginan bisnis ditunda dulu. Ini dia alasannya:
Baru sekadar niat kumpulkan modal
Suka tidak suka, modal itu jadi nyawanya bisnis. Makanya, nggak perlu terlalu muluk-muluk bikin resolusi tahun depan ingin buka bisnis tapi baru niat mengumpulkan modal. Secara logika bakal susah masuk. Misalnya saja sebagai karyawan yang cuma ngandelin gaji. Apa mungkin sisihkan duit sekarang bisa cukup buat modal buka bisnis tahun depan?
Tahapan yang afdol itu pertama-tama adalah menentukan kapan atau waktu yang tepat ingin buka bisnis. Yang kedua, pilih jenis bisnis yang cocok. Nah, ketiga baru kalkulasi modal awal yang cukup.
Yang nggak kalah penting lagi, pertimbangkan juga apakah penghasilan sekarang sudah cukup buat living cost atau gak. Jauhi deh keinginan buat memaksakan kehendak berbisnis padahal masih punya utang. Kalau arus keuangan belum sehat, tunda dulu.
Motif berbisnis masih kabur
Jujur dulu, motif berbisnis itu sekadar keinginan atau kebutuhan? Ini beda lho. Misalnya orang yang menganggap bisnis suatu kebutuhan karena perlu banget tambahan penghasilan. Atau bisa juga motif berbisnis karena ingin menyalurkan jiwa entrepreneurship yang sudah bergelora di dada.
Bisa ditebak, orang model beginian bakal menggarap bisnisnya dengan motivasi yang tinggi. Penuh totalitas. Lain halnya kalau sekadar keinginan. Kemungkinan besar melakoninya sebatas coba-coba.
Konsentrasi pecah
Jujur deh, ketika lagi bangun bisnis sambil kerja kantoran, pasti konsentrasi pecah. Susah lagi membagi waktu. Batas-batas kerjakan bisnis maupun kantor jadi kabur.
Nah, masalahnya orang lebih dahului bisnis pribadinya ketimbang tanggung jawab di kantor. Ini bisa jadi masalah serius. Secara nggak sadar jadi pelaku ‘korupsi waktu’ karena jam kantor diribetkan dengan urusan bisnis.