Jokowi Minta Nelayan Berani Budidaya Perikanan Lepas Pantai

Kamis, 04 Mei 2017 | 17:39 WIB
Jokowi Minta Nelayan Berani Budidaya Perikanan Lepas Pantai
Presiden Jokowi membuka Rakornas Kemaritiman di Jakarta, Kamis (4/5/2017). [Foto Kris - Biro Pers Setpres]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Presiden Joko Widodo mendorong jajarannya di bidang kemaritiman untuk memiliki visi ke depan. Terutama yang berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan juga teknologi kemaritiman.

"Nelayan kita jangan terus diajak bekerja dengan pola-pola yang lama. Harus berani kita lompatkan ke dunia (kemajuan) yang lain," ucap Presiden saat memberikan sambutannya pada pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Kemaritiman Tahun 2017 di Sasana Kriya, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Kamis (4/5/2017).

Presiden mencontohkan mengenai pendekatan 'offshore aquaculture' atau budidaya perikanan lepas pantai. Dengan pendekatan tersebut, sekumpulan ikan dipindahkan ke jarak tertentu di lepas pantai. Selama ini, para nelayan lebih banyak melakukan penangkapan dan budidaya di kawasan pantai. Padahal kawasan perairan di lepas pantai juga memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.

"Kenapa kita tidak pernah berbicara mengenai 'offshore aquaculture'? Sekali lagi, 70 persen lebih negara kita adalah laut. Kenapa kita tidak pernah berbicara ini? Lihatlah Norwegia dan Taiwan, sekarang setiap hari mereka berbicara mengenai 'offshore aquaculture' ini," kata Presiden.

Baca Juga: Presiden Jokowi: Sejak 1997, Ekonomi Indonesia Tumbuh 300 Persen

Ia pun meminta jajarannya untuk mulai memperkenalkan kepada para nelayan mengenai pendekatan tersebut agar dapat lebih produktif. Memang, diperlukan teknologi khusus untuk membudidayakan ikan di lepas pantai tersebut. Meski demikian, Kepala Negara memandang bahwa harga yang harus dibayarkan untuk menguasai teknologi tersebut sebanding dengan lompatan kemajuan yang akan dicapai oleh para nelayan.

"Bukan barang yang mahal. Saya tanya berapa sih? Rp47 milyar. Tidak mahal. Kalau kita belum bisa mengerjakan sendiri kerja samakan biar ada transfer pengetahuan dan teknologi. Tanpa itu kita tidak pernah melompat. Saya sampaikan berkali-kali kita ini terlalu monoton pada dunia perubahan yang sangat cepat sekali," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI