Inilah Konsep Hunian The Vertical Village Ala Winy Maas

Adhitya Himawan Suara.Com
Selasa, 02 Mei 2017 | 15:29 WIB
Inilah Konsep Hunian The Vertical Village Ala Winy Maas
Seminar How Social & Green Can We Go di Jakarta, Selasa (2/5/2017). [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Universitas Pelita Harapan (UPH) bersama Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Ikatan Arsitek Indonesia menggelar seminar How Social & Green Can We Go? di Jakarta, Selasa (2/5/2017). Dalam acara ini, dibeberkan pentingnya hunian vertikal yang mengadopsi ruang terbuka hijau dan ramah ditengah kota besar yang padat.

Konsultan arsitektur dan perencanaan kota asal Belanda, Winny Maas menjelaskan bahwa lembaga MVRDV yang ia dirikan pada tahun 1993 berusaha memberikan jawaban atas kebutuhan hunian manusia di kota besar dan padat penduduk seperti Jakarta. Selama ini, kota-kota besar seperti Jakarta mengalami akibat urbanisasi yang tinggi. Banyak penduduk desa berbondong-bondong ke kota dan meninggalkan rumah mereka di desa.

Kondisi ini membuat tata gedung perkotaan perlu menampung banyaknya penduduk tersebut dengan lahan yang terbatas. Salah satunya adalah melalui pembangunan vertikal alias membuat bangunan tinggi dengan blok-blok yang kaku.

Kelemahan model ini, desain tata kota menjadi kaku dan otonom. Bangunan gedung dengan blok-blok yang kaku juga mempersulit komunikasi antar penghuninya. Padahal komunikasi adalah kebutuhan sosial manusia yang harus terpenuhi.

Baca Juga: Lippo Cikarang Raih Laba Bersih Rp185 Miliar di Kuartal I 2017

Oleh sebab itu, Winy melalui MRDV memperkenalkan konsep Vertical Village. Selain mempertahankan identitas dari desa, Vertical Village mengadopsi kondisi sosial penghuninya. Dalam vertical village, desa di tengah kota ini menyediakan ruang terbuka publik dalam satu kesatuan.

Winy mendesain bentuk desa secara vertikal untuk membentuk satu kesatuan desa. Seperti apartemen yang dibuat agar memanfaatkan lahan dengan optimal, desa pun dibuat bertingkat untuk mengoptimalkan lahan dan ruang namun tetap membawa ciri khas dan identitas sebuah desa.

Dengan kata lain, The Vertical Village adalah sebuah visi pengembangan dengan melibatkan keinginan masyarakat. Konsep ini mengkombinasikan arsitektur tradisional dengan kelengkapan dan kemudahan dari kota. Lahan kota yang terbatas dimanfaatkan dengan baik dengan inovasi Vertical Village.

Winny mengklaim proyek ini dikembangkan dalam rangkaian proyek riset, studio desain, dan workshop di Delft, Rotterdam, Taipei, dan Taichung.

"Di Indonesia, proyek kami adalah Peruri88. Ini merupakan hunian baru yang lebih padat, merepresentasikan ruang terbuka hijau dan memenuhi kebutuhan sosial penghuninya. Ini adalah monumen untuk pengembangan Jakarta sebagai ikon modern," kata Winy. Proyek ini tereltak di Jalan Palatehan 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan atay di sebelah utara Blok M.

Baca Juga: Lippo Group Bantah Ikut Program Rumah DP 0 Persen Anies

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI