Suara.com - Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah mengaku masih kesulitan mendapatkan pinjaman uang dari program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Layanannya masih buruk.
Padahal, sejak 2015 lalu pemerintah telah menurunkan suku bunga Kredit Usaha Rakyat dari 22 persen menjadi 12 persen. Sementara pada 2016 KUR kembali turun menjadi 9 persen. Hal tersebut dilakukan untuk membantu para pelaku UMKM untuk mendapatkan permodalan.
Sementara pelaku UMKM masih menemukan pemgajuan KUR harus menggunakan agunan. Padahal pemerintah mengklaim KUR saat ini tidak menggunakan anggunan.
Seperti yang dirasakan oleh Irman seorang pedagang batik dari Pekalongan ini mengaku masih kesulitan dalam mengakses KUR. Bahkan menurutnya, dalam praktek di lapangan, prosedur akses KUR oleh UMKM masih terasa sulit dan kaku.
Baca Juga: OJK: Kuartal I, Kredit Perbankan Tumbuh 9,2 Persen
"Kaku kalau melayani nasabahnya termasuk UMKM. Kami tidak dijelaskan dengan detailnya. Jadi kan kami juga bingung KUR ini skemanya seperti apa, kami kan awam sekali," kata Irman saat berbincang dengan suara.com dalam Pameran Inacraft di JCC, Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (28/4/2017).
Selain itu, lanjut Irman dalam pelaksanaan KUR di lapangan hampir seluruhnya mensyaratkan agunan. Hal ini membuat para pelaku UMKM masih kesulitan untuk mendapatkan permodalan.
"Katanya kan tanpa agunan, tapi ternyata kalau pinjamannya diatas Rp25 juta itu ada agunannya. Jadi kan kami bingung apa yang mau diagunin. Padahal kita kan mau buka usaha, buat cari pemasukan," katanya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Martian seorang pedagang kerajinan tangan yang susah sekali melakukan pertemuan dengan pihak Bank untuk bertanya-tanya soal KUR ini. Padahal, Martin sangat membutuhkan modal untuk menyambung usahanya.
"Susah sekali kalau ketemuan mau nanya-nanya soal KUR ini dan penjelasannya terlalu kaku, jadi nggak paham," katanya.
Baca Juga: Kuartal I, Mandiri Salurkan Kredit Infrastruktur Rp202 Triliun
Lantaran kesulitan mengakses KUR, Martin terpaksa meminjam uang kepada rentenir dengan bungan 5-10 persen agar usahanya tetap berjalan.
Menurut Martin, meminjam uang kepada retenir ini sudah biasa dilakukan oleh para pelaku UMKM yang kesulitan mendapatkan modal dengan mudah.
"Ini mah udah biasa mba kalau ke rentenir. Kami berharap pemerintah bisa memperbaiki ini deh, supaya UMKM di Indonesia bisa sukses kan bisa membantu perekonomian di Indonesia juga nantinya," katanya.