Revitalisasi Pasar Klewer, Solo, setelah mengalami musibah kebakaran pada Desember 2014, membawa harapan agar pasar yang berdiri sejak 1971 itu kembali berfungsi menjadi jantung perkonomian kota Solo dan Jawa Tengah.
“Pasar Klewer ini ibarat jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh,” kias Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat peresmian Pasar Klewer di Solo, Jawa Tengah, Jumat (21/4/2017). Selain itu, hari peresmian yang bertepatan dengan peringatan Hari Kartini menandai momentum ‘habis gelap terbitlah terang’ di mana menjadi saat yang disyukuri pedagang dan masyarakat setelah melewati masa-masa sulit pasca kebakaran.
Pembangunan Pasar Klewer dilaksanakan secara bertahap dengan total anggaran sebesar Rp157,8 miliar. Pada 2015, pasar kebanggaan warga Surakarta ini mendapat alokasi APBN melalui dana Tugas Pembantuan sebesar Rp61,8 miliar untuk pembangunan basement dan lantai 1. Selanjutnya pada tahun anggaran 2016, Pasar Klewer mendapat alokasi Rp96 miliar untuk pembangunan struktur lanjutan dan finishing empat lantai, yaitu basement, semi basement, lantai 1, dan lantai 2.
Mendag Enggar berkomitmen Pasar Klewer harus menjadi pasar yang dapat dicontoh bagi pasar-pasar lainnya di Indonesia. Seperti amanat Presiden Jokowi yang disampaikan saat peresmian, Pasar Klewer tidak boleh kalah dengan mal-mal besar.
Baca Juga: Jokowi Ingin Pasar Klewer Solo Tak Kalah Dengan Mal
“Pasar Klewer harus jadi pasar tradisional yang modern, nyaman, dan aman bagi pedagang dan pembeli. Keramahan pedagang dan kualitas produk harus tetap terjaga. Selain itu ciri khas Pasar Klewer sebagai pasar rakyat dengan tradisi tawar-menawar juga tidak boleh hilang,” ujar Mendag.
Pasar ini juga akan dikelola secara modern, antara lain dengan pembagian kartu E-retribusi, kartu BPJS Ketenagakerjaan, dan kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Menurut Mendag Enggar, kartu E-retribusi merefleksikan niat menegakkan transparansi dalam pengelolaan pasar ini. Pedagang bisa mengetahui berapa yang sudah dibayarkan dan kapan pembayarannya. Dengan demikian pengelola pasar juga dituntut untuk transparan mengenai apa saja pelayanan dan bagaimana kualitas layanan yang diberikan.
“Tidak ada lagi pasar yang retribusinya jalan terus tapi kotor dan tidak nyaman. Transparansi menuntut kedua belah pihak untuk mematuhi peraturan yang berlaku,” ujar Enggar.
Sedangkan, dengan kartu BPJS Ketenagakerjaan, pedagang pasar bukan lagi sektor informal, tetapi sektor formal yang diakui memberi kontribusi nyata bari perekonomian regional dan nasional. Pada persemian yang dihadiri Presiden Joko Widodo tersebut, Mendag menyampaikan apresiasi kepada Direktorat Jenderal Pajak yang terus melakukan penyadaran dan sosialisasi kepada pedagang, sehingga semua pedagang memiliki NPWP.
Menurut Enggar, kepemilikan NPWP dan BPJS ini adalah tanda bahwa Pasar Klewer siap menjadi pasar modern tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisi dan kearifan lokal. “Ke depan, NPWP dan BPJS Ketenagakerjaan akan menjadi standar layanan pemerintah kepada pedagang di pasar-pasar rakyat,” ujar Mendag.
Enggar juga mengapresiasi hal yang menarik di Solo, yaitu kota ini memiliki tiga pasar yang ramah terhadap warga berkebutuhan khusus atau difabel. Pasar-pasar tersebut yaitu Pasar Gading, Pasar Tanggul, dan Pasar Gilingan. Pasar Gading dibangun pada tahun 2009 saat Presiden Jokowi masih menjabat sebagai walikota Solo.