Peran perempuan sebagai pemimpin bisnis dan inovator digital sering kali belum mendapatkan pengakuan yang cukup. Padahal, pembangunan pada dasarnya membutuhkan partisipasi dari semua orang, termasuk perempuan. Karena itu, dalam momentum peringatan kebangkitan perempuan Indonesia menjelang Hari Kartini, Center for Digital Society (CfDS) FISIPOL UGM CEO McKinsey Indonesia Phillia Wibowo untuk berbagi kisah sukses beliau sebagai salah satu aktor penggerak ekonomi di Indonesia dalam acara bertajuk CEO Talk, Kamis (20/4/2017) di Convention Hall FISIPOL UGM, Yogyakarta.
Usai mengundang CEO dari Telkomsel, Ririek Adriansyah untuk mempresentasikan bagaimana perkembangan dunia telekomunikasi di masa kini dalam acara CEO Talk perdana pada Oktober tahun 2016 lalu, pada CEOTalk kali ini CfDS mengambil tema How Women Empower Digital Innovation sekaligus untuk memperingati Hari Kartini.
“FISIPOL memiliki cara yang berbeda untuk memperingati Hari Kartini besok. Kalau yang lain mungkin menghadiri pemutaran film, di sini kami menghadirkan CEO untuk menceritakan pengalamannya sebagai CEO wanita, yang kita tahu jumlahnya masih sangat sedikit di Indonesia,” ujar Dekan FISIPOL Dr. Erwan Agus Purwanto saat membuka acara ini.
Erwan menjelaskan, meski di lingkungan kampus kesetaraan gender dirasa sudah cukup menjadi perhatian, ia melihat bahwa di berbagai tempat, masih ada ruang di mana isu gender masih menjadi perdebatan. Karena itu, ia berharap agar kegiatan ini dapat memberikan dampak positif bagi kesadaran akan kesetaraan gender.
Baca Juga: Syarifah Kemala, Ibu Rumah Tangga Pengusaha Kue Sukses
“Di FISIPOL saya rasa tidak ada masalah gender, karena kita lihat kebanyakan dosen muda di sini pun hampir 70 persen adalah perempuan. Tapi di berbagai tempat memang saya rasa masih perlu advokasi. Karena itu kegiatan ini mudah-mudahan bisa bermanfaat,” kata Erwan.
Dalam sesi CEO Talk kali ini, Phillia Wibowo memberikan pemaparan mengenai dua topik yang kerap dianggap tidak saling berkaitan, yaitu tentang inovasi digitalserta topik pemberdayaan wanita. Teknologi digital, jelasnya, menghadirkan cara baru dalam interaksi termasuk dalam memunculkan potensi-potensi bisnis yang belum ada sebelumnya. Meski demikian, ia menekankan bahwa mereka yang ingin terjun ke dalam dunia digital untuk dapat benar-benar memahami peran mereka dengan benar dan tidak sekedar mengikuti tren.
“Kalau berbicara tentang digital, kita harus pikirkan dulu, apakah benar-benar ada dampaknya atau kita sebenarnya hanya mengikuti arus saja,” ujarnya.
Selain itu, dalam kesempatan ini ia juga berbicara mengenai isu pemberdayaan wanita, khususnya dalam dunia perekonomian global. Ia menyampaikan bahwa wanita memiliki kapasitas dan potensi yang besar untuk berperan dalam perekonomian dan pembangunan, namun belum dimanfaatkan secara maksimal baik karena faktor lingkungan maupun karena keterbatasan lain. Secara lebih spesifik, ia menyebutkan 6 aspek yang perlu menjadi perhatian ketika berbicara mengenai pemberdayaan wanita, yaitu insentif dan bantuan finansial, akses teknologi dan infrastruktur, kesempatan ekonomi, pengembangan kapasitas, advokasi dan pembentukan perilaku, serta aspek hukum, politik, dan regulasi.
Ia menyoroti aspek teknologi yang menurutnya memberikan peluang untuk mendukung usaha pemberdayaan perempuan, khususnya untuk membuka ruang dan kesempatan bagi wanita untuk mengembangkan kemampuan dan potensi mereka dalam bidang-bidang yang mereka geluti.
“Teknologi memang sungguh-sungguh membantu, tapi memang itu tidak bisa menyelesaikan semua masalah. Karena itu dalam hal ini pun harus melibatkan wanita untuk menyelesaikan masalah yang ada,” imbuh Phillia.
Sebelum mengakhiri pemaparannya, ia menambahkan pesan agar masyarakat mulai menempatkan wanita sebagai individu yang memiliki potensi yang besar, bukan sekedar sebagai pihak yang harus dilindungi. Pemahaman inilah, menurutnya, yang harus mendasari kampanye-kampanye yang dilakukan terhadap wanita.
“Ketika kalian berkampanye tentang kesetaraan gender, berkampanyelah bahwa ini adalah hal yang baik untuk produktivitas dan pertumbuhan, bukan hanya berkampanye karena ini sesuatu yang baik. Kita harus membuka kesempatan agar potensi yang dimiliki oleh para perempuan ini dapat disalurkan dan memunculkan kontribusi penting,” kata Phillia.
Selain menghadirkan CEO sebagai pembicara, dalam kesempatan ini CfDS juga melakukan peluncuran buku dan monografi. Peluncuran 6 buah buku dan monografi ini dilakukan secara simbolis dengan penyerahan buku oleh perwakilan dari penulis kepada Dekan FISIPOL.