Rini Soemarno Dikritik Terapkan Manajemen Sesuka Hati di BUMN

Adhitya Himawan Suara.Com
Selasa, 18 April 2017 | 07:41 WIB
Rini Soemarno Dikritik Terapkan Manajemen Sesuka Hati di BUMN
Menteri BUMN Rini Soemarno di Pansus Pelindo II, Jumat (4/12/2015). (Suara.com/Kurniawan Mas'ud)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ekonom Konstitusi, Defiyan Cori, menuturkan pencopotan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, Arief Wibowo oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno sangat membingungkan. Sebab kebijakan ini dilakukan Rini pada saat Garuda Indonesia baru saja memperoleh penghargaan sebagai salah satu dari 10 maskapai terbaik dunia, yaitu TripAdvisor Traveller's Choice Awards yang penilaiannya dilakukan oleh TripAdvisor Flight.

"Ini adalah pemecatan Direksi BUMN yang berprestasi kedua kalinya pasca pencopotan Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto. Jika proses manajemen seperti ini menjadi kebiasaan Kementerian BUMN, maka tentu saja akan berdampak secara psikologis pada Direksi-Direksi BUMN lainnya yang belum terkena kasus pencopotan semau gue tersebut," kata Defiyan saat dihubungi Suara.com, Selasa (18/7/2017).

Tanpa adanya standar penghargaan dan hukuman (reward dan punishment) yang jelas, maka bukan tidak mungkin akan terjadi disinsentif dan kurangnya motivasi pada para Direksi dan karyawan BUMN. Artinya, berprestasi dan berkinerja sebaik apapun untuk BUMN yang mereka kelola dan apalagi sebaliknya tidak akan ada bedanya.

"Inilah manajemen BUMN yang sesuka hati dan mungkin pula hanya atas dasar suka dan tidak suka (like and dislike)," jelas Defiyan.

Baca Juga: Kementerian BUMN Rombak Dewan Direksi Garuda Indonesia

Menurutnya, jika pola pengelolaan sumberdaya seperti ini masih terus dilakukan, maka hal ini sama saja dengan melakukan pengabaian kemampuan manajerial (unrecognized managerial competence) yang berarti segaris dengan apa yang disampaikan oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution. Sebelumnya Darmin mengatakan bahwa pengelolaan BUMN di level Dewan Manajemen tidak membutuhkan personil yang cakap, terampil dan ahli pada bidangnya.

Jika demikian adanya, para Menteri tidak saja telah mengabaikan dan tidak menganggap penting profesionalisme untuk posisi pucuk pimpinan perusahaan di BUMN, namun sekaligus juga melakukan pelecehan pada dunia pendidikan yang menjadi lembaga transformasi keahlian, keterampilan, pencerdasan dan pencerahan bangsa.

"Selain itu, apabila permasalahan manajemen sesuka hati ini terus saja dilakukan tanpa alasan yang atas pencopotan seseorang dalam Dewan Manajemen di BUMN, maka akan berkembang isu-isu negatif diluar konteks kinerja Dewan Manajemen BUMN dan akan menjadi spekulasi atau "bola liar" dii publik yang kontraproduktif," tutup Defiyan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI