Ini Alasaan Garuda Soal Kosongnya Posisi Direktur Operasional

Adhitya Himawan Suara.Com
Jum'at, 14 April 2017 | 13:20 WIB
Ini Alasaan Garuda Soal Kosongnya Posisi Direktur Operasional
Pesawat Garuda Indonesia [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk telah menetapkan Pahala Nugraha Mansury sebagai Direktur Utama maskapai pelat merah tersebut. Mantan Direktur Bank Mandiri tersebut menggantikan Arif Wibowo.

Selain Pahala, pemegang saham juga mengangkat dua profesional lainnya sebagai direktur perusahaan, yaitu Puji Nur Handayani untuk posisi Direktur Produksi dan Nina Sulistyowati sebagai Direktur Marketing dan Teknologi Informasi.

Masuknya tiga direksi baru untuk menggantikan empat direksi yang diberhentikan, menimbulkan pertanyaan di masyarakat. Pasalnya, kursi Direktur Operasional dibiarkan kosong oleh pemegang saham. Padahal, jabatan tersebut memegang peranan penting dalam sebuah perusahaan transportasi. Publik bertanya, siapa yang kemudian akan menjadi komandan hilir mudiknya ratusan pesawat Garuda Indonesia dari dan menuju berbagai bandara di kota-kota dalam dan luar negeri? Siapa yang akan bertanggung jawab jika kemudian terjadi keterlambatan penerbangan, insiden kecil sampai kecelakaan fatal jika tidak ada Direktur Operasi?

Menurut Komisaris Utama Garuda Indonesia, Jusman Syafii Djamal, masyarakat sebetulnya tidak perlu khawatir akan terjadi kekacauan operasi tanpa adanya Direktur Operasi Khusus di maskapai berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Sebetulnya preseden tentang nomenklatur Direktur Produksi telah terjadi. Yakni di Citilink ada Hadinoto. Ketika Pak Arif (Wibowo) masih menjadi Direktur Utama. Dan mendapatkan izin dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) serta tidak dinilai melanggar CASR," kata Jusman dalam keterangan resmi, Jumat (14/4/2017).

Baca Juga: Alvin Lie: Ada yang Janggal di Pergantian Direksi Garuda

Jusman menjelaskan bahwa nomenklatur Direktur Produksi dimaknai sebagai mata rantai nilai tambah. Sebuah business proses dalam suatu sistem yang mengintegrasikan dan mensinergikan Fungsi Operations Systems untuk Safety for Airborne atau Sistem berupa tatacara dan mekanisme untuk menjamin kualitas Safety operasi armada Pesawat untuk di operasikan dan Fungsi Engineering Berupa system dan mekanisme serta SOP untuk menjamin kelaikan dan kesehatan pesawat terbang.

"Di Garuda Ada Chief Operations, ada Chief Pilots, ada Chief Engineering plus Garuda Maintenance Facilities. Rentang tanggung jawabnya jelas dan sesuai CASR. Jadi bisa diaudit. Safety is the foundation of Airline. Apalagi buat Garuda sebagai Flag Carrier Indonesia tak mungkin ada kompromi di Safety of Airplane operations," ujar Mantan Menteri Perhubungan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut.

Jusman menegaskan bahwa Garuda sedang mentransformasi proses bisnisnya berdasarkan pendekatan sistem untuk integrasi dan synergy antar core competency. Sebab Garuda memiliki 156 Pesawat baik badan lebar maupun narrow body dan juga ATR serta CRJ ada beberapa jenis tipe. Ada rute international ada rute domestik. Kondisi ini membuat Garuda mengelola pesawatnya dengan tatacara yang berbeda ketika menghadapi tekanan kompetisi yang semakin ketat.

"Perlu optimalisasi utilitas pesawat, pengaturan rute, deployment crew agar On Time performance terjaga. Sebab customer ingin Garuda tepat waktu sesuai jadwal. Apalagi harga avtur Pertamina 12-20 persen lebih mahal dibanding dengan Singapura. Safety pasti jadi fondasi bisnis airline," tutup Jusman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI