Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan negara Indonesia. Buah kelapa sawit digunakan sebagai bahan utama produksi minyak kelapa sawit. Kebun yang luas dan banyaknya petani kelapa sawit menyebabkan dibutuhkannya dukungan dari berbagai lini, baik pemerintah maupun swasta.
Csis Onei Hercuantoro merupakan salah satu contoh pihak swasta yang turut mengembangkan dan meningkatkan potensi sumber daya alam tersebut. Bersama dua rekan lainnya yang sama-sama alumni Universitas Gadjah Mada ia mendirikan sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Prosympac Agro Lestari.
Perusahaan yang dibangun Onei dan rekan-rekannya berada di Sungai Gelam, Jambi. Latar belakang didirikannya perusahaan itu oleh Onei yakni belum adanya investor yang menampung hasil produksi petani kelapa sawit di wilayah tersebut. Hal itu yang melatarbelakangi Onei dan kolega mendirikan pabrik di Sungai Gelam, salah satunya agar produksi petani dapat tertampung dengan baik.
Baca Juga: Daniel Godwin Sihotang: Menjadi Pengusaha Itu Gampang
Perusahaan yang berdiri sejak tahun 2012 tersebut memelihara setidaknya lebih dari 8.000 hektare perkebunan sawit. Keseluruhan lahan tersebut merupakan kebun milik petani setempat yang mendapat bimbingan langsung dari PT. Prosympac Agro Lestari. Praktis, perusahaan Onei hanya bergantung pada hasil produksi petani sekitar untuk diolah dan ditampung.
“Komitmen kedua belah pihak, yakni perusahaan dan petani mutlak dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan dan keuntungan bersama,” jelas Onei, di Jambi, Jumat (7/4/2017).
Salah satu bentuk kerja sama yang dilakukan yakni kegiatan pelatihan, baik itu bersifat teoretis dalam ruangan atau kegiatan aplikatif langsung di lapangan. Selain itu, perusahaan Onei juga terus melakukan penyuluhan kepada para petani terkait teknik berkebun kelapa sawit agar kualitas produksi kelapa sawit terus terjaga. Penyuluhan dilakukan dengan berbagai media, mulai dari pelatihan, poster, hingga pembagian 3.000 Digital Versaitle Disc gratis berisi berbagai pembelajaran berkebun.
Tak kurang sekitar 2.500 petani berada di bawah naungan langsung perusahaan milik Onei. Berbagai penyuluhan yang diberikan hanya dilakukan oleh empat tenaga penyuluh untuk mengayomi ribuan petani. Menurut Onei, selama ini petani kurang mendapatkan pengetahuan dan penyuluhan dari pemerintah. Petani melakukan budidaya kelapa sawit secara tradisonal dan belajar secara otodidak. Oleh karena itu, berbagai pengetahuan dan penyuluhan yang diberikan perusahaan kepada petani diterima dengan antusias.
“Petani begitu berharap kepada perusahaan karena mereka mendapat pengetahuan sekaligus jaminan hasil panen mereka dapat tertampung,” terang alumnus Jurusan Teknik Kimia UGM itu.
Sementara itu, dari segi harga, PT. Prosympac Agro Lestari menggunakan harga standar Dinas Perkebunan (Disbun) dalam membeli hasil panen petani. Harga Disbun diambil karena harganya yang relatif lebih tinggi dari harga pasar sehingga petani akan diuntungkan. Namun. meski membeli dengan harga relatif lebih tinggi, perusahaan selalu memeriksa, mengawasi dan terus memberikan penyuluhan pada petani terkait standar kualitas Dinas Perkebunan.
Berbagai penyuluhan yang diberikan perusahaan kepada petani pun cukup berimbas. Dampaknya, produktivitas panen buah kelapa sawit meningkat dari 1-1,5 ton per hektare per bulan naik hinga mencapai 1,8 ton per hektare per bulan. Hal itu mendapat tanggapan positif dari para petani karena telah merasakan dampaknya secara langsung. Onei berharap kerja sama dan komitmen antara petani dan perusahaan dapat terjaga dengan baik.
“Sejauh ini keberadaan perusaahan telah terlihat membantu perekonomian petani sekitar. Memang seharusnya civitas akademika UGM menjunjung tinggi nilai kampus kerakyatan dan dapat lebih dekat dengan rakyat,” tegas Onei. (Humas UGM/Catur)