Penggunaan gas untuk bahan bakar pembangkit PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) masih saja tersendat. Hingga kini, PLN terkesan ogah mengubah energi pembangkitnya dengan gas. Padahal, Presiden sudah menitahkan untuk segera mengkonversi pembangkit listrik PLN dengan gas demi penghematan yang signifikan.
Anggota Komisi VII DPR RI Harry Purnomo mengingatkan, pemerintah terlalu banyak berwacana sehingga konversi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) ke gas hasilnya belum terlihat. Padahal, sudah dibahas sejak puluhan tahun lalu.
Harry menambahkan, jika penggunaan diesel dialihkan sepenuhnya ke gas, akan ada penghematan mencapai Rp 70 triliun. Angka ini, merujuk pada dana pembelian BBM oleh PLN untuk kapasitas pembangkit total sebesar 7.000 Mega Watt (MW).
Baca Juga: Investasi Kapal Pembangkit Listrik Jangkrik 4,2 Miliar Dolar AS
Hasil penelitian Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Kementerian ESDM, penggunaan gas jauh lebih hemat dibandingkan BBM. Perbandingannya 1 liter solar/bensin sama dengan 240 gram gas. Ini artinya penggunan gas bisa 5 kali lebih hemat dibandingkan BBM.
Harry menilai, pangkal persoalannya, dari sisi kelemahan tata kelola dan tidak sinerginya BUMN sektor energi, juga tidak kompaknya kementerian BUMN dan Kementerian ESDM. "Masing masing jalan sendiri merasa lebih mampu hebat," tegasnya.
Menurut Harry, seharusnya pemerintah mengapresiasi pihak-pihak yang berkomitmen untuk mengembangkan pembangkit listrik berbahan bakar gas. Kalau kemudian ada perbedaan harga gas dari tiap titik tujuan, selayaknya segera dibenahi.
Menteri ESDM Ignasiun Jonan, seharusnya tidak sekadar membandingkan soal harga distribusi LNG tanpa melihat pangkal persolan. Seharusnya pemerintah juga fokus untuk membangun kluster penggunaan gas demi mendapatkan biaya transportasi gas yang lebih efisien.
Sebelumnya, Menteri ESDM yang membandingkan biaya pengapalan LNG dari Bontang ke Tanjung Benoa sebesar US$ 1,9 per mmbtu (million metrix british thermal unit ), sementara biaya pengapalan LNG dari Tangguh di Papua ke Terminal Penerimaan dan Regasifikasi LNG Arun di Aceh hanya US$ 0,08 per mmbtu. Padahal data PLN mencatat harga sebesar US$ 0,6 per mmbtu.
Dengan model kluster, kapal pengangkut LNG kapasitas besar akan berkeliling ke berbagai tempat. Tidak hanya akan menuju satu titik. Alhasil dari sisi biaya distribusi akan makin lebih murah.