Ini Alasan BUMN Tambang Tak Usah Beli Saham Freeport Indonesia

Adhitya Himawan Suara.Com
Minggu, 02 April 2017 | 14:52 WIB
Ini Alasan BUMN Tambang Tak Usah Beli Saham Freeport Indonesia
Buruh PT Freeport Indonesia berdemonstrasi di depan Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (7/3/2017). [Suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Hingga saat ini, PT Freeport Indonesia belum juga merealisasikan komitmennnya untuk membangun fasilitas pemurnian mineral mentah (smelter). Padahal, padar pemegang Kontrak Karya seperti PT Vale ( ex Inco ) dan PT Amman Mineral Sumbawa (ex Newmont ) bersikap patuh mengikuti kewajiban dalam UU Minerba nomor 4 tahun 2009.

"Mereka sudah mulai membangun serta berkomitmen membangun smelter dan telah memenuhi kewajiban divestasinya, sesuai isi kontrak Karya pasal 10 ayat 5 dan pasal 24, dan pasal 13 soal royalti dan pajak pajak diangap tetap. Ini contoh ketidak adilannya PT FI masih membayar royalti emas 1 persen sementara BUMN PT Antam membayarnya 3, 75 persen," kata Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman, saat dihubungi Suara.com, Minggu (2/4/2017).

Yusri menegaskan bahwa sesungguhnya UU Minerba itu lebih kepada penegaskan dari isi kontrak karya juga, bukanlah suatu penyimpanganya.



Sampai saat ini ada sekitar 28 pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) sudah membangun smelter dan bahkan banyak yang sudah beroperasi. "Hal ini semakin menguatkan kesimpulan bahwa PT Freeport Indonesia tidak punya itikat baik membangun smelter.

Baca Juga: Pemerintah Dikritik Lemah Sikapi Lambannya Smelter Freeport

Sudah tentu sikap PT FI tidak mau membangun smelter dengan alasan harus ada kepastian perpanjangan izin operasi sampai dengan tahun 2041 adalah bagian strategi mengulur kewajibannya untuk memurnikan semua emas bebas yang diperoleh oleh proses penangkapan 14 unit konsertrator Knelasen terbesar didunia," ujar Yusri.

Penangkapan itu dilakukan menghindari emas bebas yang tidak bisa ditangkap dengan proses flotasi akan lolos bersama tailing, sedangkan penangkapan emas yang terinklusi pada mineral sufida tembaga diperoleh melalui proses pengapungan ( flotasi ) yang menghasilkan konsentrat yang sejumlah 40 persen dari keseluruhan konsentrat yang diproduksi PT FI diproses lanjut oleh smelter PT Smelting Gresik. Pemurnian tembaga dilakukan dengan cara elektoris, terbukti berhasil memaksimalkan konsentrat menjadi tembaga murni sebanyak 300.000 ton pertahun dan 2000 ton lumpur anoda pertahun dan unsur unsur mineral ikutan dalam larutan konsentrat yang merupakan produk samping adalah gypsum untuk bahan baku pabrik semen Gresik dan Asam Sulfat sebagai bahan baku PT Pertokimia Gresik.

Kalaulah diasumsikan saja ada 2 persen kandungan emas dari lumpur anoda dari hasil proses smelter dari PT Smelting gresik , maka diduga akan menghasilkan emas sebesar 2 persen X 2000 ton anoda lumpur = 40 ton emas dari 40 persen konsentrat dari total konsentrat milik PT FI yang diolah di smelter Gresik. Maka kalau ditambah potensi emas dari 60 persen konsentrat yang diekspor dan proses pemurniannya di smelter Jepang dan lainnya, dengan ditambah emas bebas yang berhasil ditangkap oleh 14 unit konsetrator Knelson yang beroperasi dilokasi tambang PTFI.

Maka tak salah publik menduga duga ada potensi emas 100 ton pertahunnya dihasilkan dari lokasi tambang PT FI. Padahal deposit bijih tembaga Gresberg terbentuk pada batuan terobosan dengan batuan samping berupa batugamping, sehingga mineral mineral sulfida penyusun cebakan bijih tembaga porfiri Cu -Au Grasbeg terdiri dari bornit ( Cu5FeS4), kalkosit ( Cu2S), Kalkopirit ( CuFeS2), digenit ( Cu2S5), dan pirit ( FeS2), dan emas umumnya terdapat sebagai inklusi didalam mineral sulfida tembaga.

Di beberapa bagian tubuh bijih konsentrasi emas terdapat bersamaan dengan kehadiran mineral pirit. Apalagi PT FI saat ini sudah bergerak menambang kelokasi semakin dalam dengan tambang bawah tanah, karena sudah semakin dekat ketubuh batuan terobosannya, maka akan diperoleh kadar kandungan emas, tembaga dan perak lebih tinggi dibandingkan diperoleh dari bijih yang berada lebih jauh dari kontak dengan batuan terobosannya.

Atas dasar itulah, Yusri mengaku pesimis PT Freeport Indonesia akan mudah melepas 10,64 persen sahamnya dengan harga yang sesuai dengan kemauan pemerintah. Menurutnya, daripada membuang waktu meminta konsorsium BUMN tambang membeli saham Freeport, lebih baik Pemerintah menugaskan Konsorsium BUMN tambang (PT Inalum, PT Antam, PT Bukit Asam dan PT Timah) bersama PT Perokimia Gresik dan PT Semen Indonesia untuk membangun smelter. Tujuannya untuk menampung konsentrat dari tambang PT FI maupun dari tambang lainnya diseluruh Indonesia.

"Apakah kita masih harus terus belajar kepada negara kecil tetangga kita Singapore yang tidak mempunyai sumber migasnya , akan tetapi sejak lama mereka membangun kilang minyak dengan kapasitas 1,5 juta barel perhari dan Negara kitapun sampai saat ini sangat tergantung disuplai dari negara tersebut," tutup Yusri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI