Suara.com - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange mencatat kenaikan kuartalan sekitar 8,4 persen pada Jumat (Sabtu pagi WIB), menandai kuartal terbaik dalam satu tahun terakhir.
Harga emas menguat akibat ketidakpastian atas rencana pajak dan investasi Presiden AS Donald Trump, serta pemilu di Eropa yang memicu permintaan untuk emas sebagai aset "safe haven".
Emas berbalik naik (rebound) dari kerugian awal setelah dolar AS berbalik datar, menyusul pernyataan pejabat-pejabat Federal Reserve yang tampak "dovish" dan data membosankan tentang ekonomi AS yang meredakan suasana optimis dari awal pekan ini.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Juni naik 3,2 dolar AS, atau 0,26 persen, menjadi menetap di 1.251,2 dolar AS per ounce.
Baca Juga: Viral! Beginilah 'Perbedaan Kelas' Elite dan Massa 'Aksi 313'
Tren perdagangan untuk logam mulia terjadi ketika indeks dolar AS, ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang rival, diperdagangkan sedikit berubah untuk sesi Jumat (31/3), tapi turun sekitar 1,8 persen untuk kuartal pertama.
Komoditas-komoditas yang dihargakan dalam dolar AS sering diperdagangkan berbanding terbalik dengan dolar AS, sehingga pergerakan dalam unit AS dapat mempengaruhi daya tarik komoditas tersebut untuk pemegang mata uang lainnya.
"Yang paling penting tentang kenaikan untuk emas Pemilu Prancis yang kian dekat, inflasi di tertinggi lima tahun dan kekecewaan investor dengan Federal Reserve," kata Adrian Ash, kepala penelitian di BullionVault.
Perak untuk pengiriman Mei naik 5,0 sen atau 0,27 persen, menjadi ditutup pada 18,256 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun 3,3 dolar AS, atau 0,35 persen, menjadi ditutup pada 952,40 dolar AS per ounce. [Antara]
Baca Juga: iPhone 7 Resmi Gebrak Indonesia, Antrean Mengular