Jakarta sedang menyeleksi pemimpinya untuk lima tahun ke depan. Siapa yang memilih? Warga Jakarta pastinya, tapi siapa sajakah mereka? Hanya masyarakat kecil dan kelas atas saja? Bagaimana dengan golongan milenial yang mayoritas berada di tengah-tengahnya?
Sesuai dengan isu bonus demografi saat ini, milenial menempati jumlah cukup banyak, pun sebagai pemilih di DKI Jakarta. Setelah ditelisik lagi, jumlah pemilih dari golongan milenial juga cukup tinggi. Berdasar data kependudukan Jakarta per 2015 saja, setidaknya 30 persen pemilih adalah golongan usia tersebut.
Putaran kedua Pilkada DKI Jakarta, para pasangan calon sudah bicarakan bagaimana memenuhi kebutuhan hunian bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), pekerja informal, dan golongan bawah lainnya. Sementara milenial Jakarta, kebanyakan adalah pekerja dengan penghasilan cukup, tapi belum mencapai tinggi.
Baca Juga: Festival Properti Indonesia 2017, Waktunya Nekat Beli Properti
Kebanyakan tidak lagi masuk dalam kualifikasi MBR, namun juga belum mampu ajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada umumnya. Sesuai data Rumah123.com per Desember 2016, kaum milenial usia 23-37 tahun, 94 persen memiliki kisaran gaji dibawah 12 juta rupiah, dimana mereka hanya bisa mencicil rumah kurang dari 3,6 juta per bulan.
Country General Manager Rumah123, Ignatius Untung mengatakan open challenge ini sengaja didengungkan untuk menarik perhatian para paslon terkait isu ini. “Gubernur terpilih sudah seharusnya juga menyiapkan kebijakan yang bisa membantu para pemilih terbesarnya ini untuk bisa memiliki hunian, baik rumah tapak maupun apartemen,” kata Untung dalam peluncuran video Open Challenge di Jakarta, Rabu (22/3/2017).
Untung menambahkan, pemilihan konsep open challenge dilakukan dengan pertimbangan jaminan keterbukaan bagi kedua paslon. “Maka dari itu, kami juga membuka semua data yang dibutuhkan terkait masalah ini seperti data penghasilan menurut usia, ketersediaan listing yang sesuai dengan penghasilan, dan data lainnya di www.rumah123.com/solusipropertijakarta,” ujar Untung lagi.
Rasanya wajar jika siapapun yang terpilih sebagai Gubernur DKI nantinya, juga memperhatikan masalah kaum milenial, khususnya terkait hunian. Sayangnya, masalah yang dihadapi tidaklah sesederhana ingin punya hunian belaka. Jadi, adakah pasangan calon yang bisa menyiapkan solusi untuk masalah ini?