Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, pada Selasa (21/3/2017), menghadiri Upacara Penamaan Kapal Floating Processing Unit (FPU) Jangkrik, di Saipem Karimun Yard, Tanjung Balai, Kepulauan Riau. Penamaan kapal ini juga menandai akan segera berproduksinya gas dari Blok Muara Bakau. Gas pertama ditargetkan akan diproduksi sebelum pertengahan tahun 2017, lebih cepat dari perkiraan yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian ESDM Tahun 2015-2018, yaitu produksi pertama tahun 2018.
Saat menyampaikan sambutan, Menteri Jonan mengucapkan terima kasih karena produksi lapangan Jangkrik setahun lebih cepat dari rencana yang ditetapkan Pemerintah. Selain itu, proyek ini juga dapat menghemat sekitar 300 juta Dolar Amerika Serikat (AS) dari rencana awal investasi.
“Atas nama Pemerintah, saya mengucapkan terima kasih sekali bahwa investasi (proyek Jangkrik) ini bisa menghemat 300 juta Dolar AS, dari yang direncanakan U4,5 miliar Dolar AS, kurang lebih sekarang menjadi sekitar 4,2 miliar Dolar AS, itu besar sekali, iniRp 50 triliun lebih. Kedua, proyek ini juga lebih cepat hampir 12 bulan dari rencana Pemerintah,” ungkap Menteri Jonan.
Baca Juga: Jonan Targetkan Kapal Listrik Terapung Jangkrik Beroperasi Mei
Menteri Jonan mengungkapkan peran pemerintah daerah dalam memberikan kemudahan perizinan bagi investor agar dapat segera beroperasi dan memberikan manfaat bagi negara. “ENI juga tadi memberikan masukkan untuk percepatan perizinan. ENI sangat gembira dengan (peran) pemerintah daerah setempat, bupati, gubernur pro bisnis, tidak mempersulit, ini yang diharapkan kita semua. Dalam ekonomi, jika perizinannya pelan, pertumbuhan ekonomi juga akan pelan,” tegas Menteri ESDM.
Kapal FPU Jangkrik dirancang untuk pengolahan gas dengan kapasitas hingga 450 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd). Menteri ESDM menyatakan, produksi dari lapangan Jangkrik tersebut akan berkontribusi menambah enam hingga tujuh persen produksi gas bumi Indonesia yang ada saat ini.
“Outputnya, dari lapangan gas Jangkrik di Selat Makassar, diperkirakan sebesar 450 Mmscfd, kira-kira sama dengan 7 persen produksi gas bumi Indonesia. Ini bisa menambah produksi gas bumi Indonesia sekitar 7 persen dari produksi yang ada saat ini. Tujuh persen itu besar. Diharapkan kalau bisa ditingkatkan kapasitasnya sampai 800 Mmscfd, jika proyek IDD yang dikerjakan Chevron jadi, bisa menggunakan fasilitas FPU ini,” Menteri ESDM.
Dalam kesempatan ini, Menteri Jonan kembali mengingatkan pentingnya efisiensi besar-besaran di industri hulu migas, hal ini tidak lain karena baik harga minyak maupun harga gas tidak dapat ditentukan sendiri, namun mengikuti pasar global.
“Ada pemahaman yang sama bahwa Pemerintah mendorong adanya efisiensi yang besar-besaran dari seluruh belanja modal dan belanja operasional di Industri hulu migas, kenapa? Satu yang paling penting, tidak ada satu organisasi atau negarapun yang bisa mengendalikan, merubah, menaikkan atau menurunkan harga minyak dan gas, ini (yang menentukan) adalah pasar global. Ini adalah semangat dari efisiensi bagi kita dan kontraktor,” ujar Menteri Jonan.
Sementara, terkait kebutuhan alokasi gas untuk ketenagalistrikan di Provinsi Kepulauan Riau, Menteri ESDM menegaskan bahwa akan dibuat panduan agar kedepan untuk domestik semakin besar alokasinya bagi nasional.