BTN Mulai Gencar Garap Pasar Affluent di Indonesia

Adhitya Himawan Suara.Com
Rabu, 22 Maret 2017 | 08:24 WIB
BTN Mulai Gencar Garap Pasar Affluent di Indonesia
Kantor cabang BTN di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, Sabtu (9/7/2016). [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk. mulai gencar menggarap pasar affluent di Indonesia. Segmen ini digarap mengingat jumlahnya yang mencapai puluhan juta orang dengan pendapatan mencapai puluhan juta rupiah.

Corporate Secretary BTN Eko Waluyo mengatakan pasar affluent menempati porsi yang cukup besar dalam komposisi masyarakat di Indonesia. Dari kajian perseroan, jumlah masyarakat di segmen affluent ini mencapai 70 juta orang dengan rata-rata penghasilan berkisar Rp7 juta hingga Rp30 juta per bulan.

“Kami melihat demand masih banyak. Saat ini kami masih menyasar mass market, sedangkan segmen aflluent masih potensial. Ini yang tengah kami garap dengan transformasi yang telah dan akan terus berlanjut,” jelas Eko di Jakarta, Selasa (21/3/2017).



Adapun, hingga akhir 2016, Eko menjelaskan BTN telah menyalurkan kredit ke hampir 4 juta debitur. Mayoritas debiturnya, merupakan mass market yang setingkat di bawah affluent market.

Potensi jumlah affluent market di Indonesia, lanjut Eko, menjadi pasar menarik. Menurutnya, BTN optimis setidaknya mampu menggaet 10 persen dari jumlah tersebut.

Untuk menggarap pasar ini, BTN terus menggelar transformasi mulai dari bisnis, sumber daya manusia (SDM), dan infrastruktur. Di segi bisnis, perseroan tengah menggenjot transformasi digital untuk menggarap pasar dalam negeri sekaligus mempersiapkan diri menjelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Transformasi digital sendiri telah digelar sejak 2015 dan ditargetkan rampung pada 2019 mendatang.

BTN juga telah meluncurkan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA), mempercepat proses bisnis, menggenjot layanan digital, dan membuka smart branch untuk menggarap segmen affluent market tersebut.

Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan saat ini Indonesia tengah mengalami bonus demografi yang telah berlangsung sejak 2012. Bonus demografi ini akan mencapai puncaknya pada 2028-2030 mendatang. Bagi perekonomian, BPS menilai, bonus demografi menyumbang hingga sepertiga dari pertumbuhan ekonomi.

“Kami meyakini transformasi yang kami lakukan mampu menggarap potensi dari aflluent market, generasi milenial, dan berkah bonus demografi yang tengah dinikmati Indonesia,” papar Eko.

Baca Juga: Pemerintah Sayangkan Pembobolan Dana Nasabah Rp255 Miliar di BTN

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI