Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai bahwa stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia dalam kondisi terjaga.
Memasuki awal 2017, pemulihan ekonomi negara advanced economies terpantau semakin solid, khususnya di Amerika Serikat. Hal ini menguatkan ekspektasi kenaikan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih cepat. "Sementara negara emerging markets masih mengalami tantangan dalam proses pemulihannya," kata Deputi Komisioner Manajemen Strategis IA OJK, Imansyah di Jakarta, Rabu (15/3/2017).
Namun, sentimen percepatan kenaikan FFR belum terlihat berimbas secara signifikan di pasar keuangan, baik global maupun domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mencatat peningkatan sebesar 1,75 persen mtm dan ditutup pada level 5.386,69 di akhir Februari 2017. Tekanan jual nonresiden terpantau mereda, dengan net sell sebesar Rp805,1 miliar turun dari net sell sebesar Rp966,8 miliar pada bulan sebelumnya.
Baca Juga: OJK dan Ditjen Pajak Resmi Kerjasama 2 Aplikasi Buka Rahasia Bank
"Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) relatif stabil, dengan investor nonresiden membukukan net buy sebesar Rp6,4 triliun (per Februari 2017) dan secara ytd mencatatkan net buy sebesar Rp26,1 triliun," ujar Imansyah.
Seiring perkembangan ini, pertumbuhan intermediasi lembaga jasa keuangan menunjukkan peningkatan. Per Januari 2017, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 10,04 persen yoy (Desember 2016: 9,60 persen yoy) dan penyaluran kredit perbankan tumbuh sebesar 8,28 persen yoy (Desember 2016: 7,87 persen yoy). Pada periode yang sama, pertumbuhan piutang pembiayaan tercatat sebesar 6,67% yoy, juga dengan tren meningkat. Penghimpunan dana oleh 12 emiten melalui pasar modal pada periode Januari-Februari 2017 tercatat sebesar Rp17,2 triliun.
"Dari total penghimpunan dana di pasar modal tersebut, sebanyak 73,22 persen merupakan emiten di sektor perbankan dan perusahaan pembiayaan," tutur Imansyah.
Peningkatan intermediasi ini berlangsung dengan kualitas penyaluran dana yang tetap terjaga. Dari sisi risiko kredit, per Januari 2017 rasio Non-Performing Loan (NPL), tercatat sebesar 3,09 persen (gross) dan 1,35 persen (net), sedangkan rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan tercatat sebesar 3,17 persen. Begitu pula sisi permodalan masih berada pada level yang memadai. Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan per Januari 2017 tercatat cukup tinggi sebesar 23,21 persen.
OJK memandang bahwa perekonomian Indonesia di tahun 2017 dapat tumbuh lebih tinggi. Namun, ada beberapa downside risks yang perlu diperhatikan, diantaranya potensi kenaikan tekanan inflasi yang didorong oleh kenaikan tarif listrik dan faktor cuaca serta prospek kinerja sektor eksternal yang terekspos dengan penurunan harga beberapa komoditas andalan ekspor.
"Di tengah upaya untuk meningkatkan kontribusi sektor jasa keuangan dalam mendukung pertumbuhan, OJK akan terus memantau berbagai perkembangan yang terjadi, baik di tataran global maupun domestik, serta mempersiapkan langkah-langkah mitigasi yang diperlukan agar tidak menimbulkan tekanan pada stabilitas sistem keuangan," tutup Imansyah.