Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Didik Prasetyo, mengatakan dalam menghadapi isu-isu strategis tahun 2017, RNI akan mempertajam perannya sebagai Investment Holding.
“Kami akan tingkatkan daya saing anak perusahaan melalui sinergi antar anak perusahaan. Salah satunya adalah dengan mendorong sinergi melalui Integrated Supply Chain (ISC). Disamping optimalisasi bisnis inti dan aset, RNI juga tetap akan melakukan pengembangan bisnis berbasis kompetensi inti,” ungkap Didik dalam paparannya di acara Media Gathering PT RNI, pada Selasa (14/3/2017), di Gedung RNI, Jakarta.
Salah satu upaya yang akan ditempuh adalah dengan menganggarkan belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp1,6 triliun pada 2017 atau meningkat 159 persen dibanding tahun 2016. Belanja modal tersebut dipergunakan untuk pengembangan lini bisnis agroindustri, baik di lapangan maupun luar lapangan, dan industri farmasi. Dari upaya peningkatan aset, Pada tahun 2016, nilai Aset RNI meningkat sebesar Rp10,5 triliun, atau mengalami pertumbuhan 54 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp6,8 triliun.
Baca Juga: Wow, Laba Konsolidasi RNI Melonjak 258 Persen di 2016
Dari sisi produksi, Didik mengatakan, RNI menargetkan hasil gula sepanjang 2017 sekitar 315 ribu ton gula dan target produksi gula tersebut berasal dari jumlah tebu yang akan digiling diperkirakan sebanyak 4.22 juta ton dengan luas areal sebesar 53.775 hektar. Menurutnya, seluruh produksi gula tersebut akan dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan konsumsi langsung yang akan didistribusikan oleh Bulog dan jaringan distribusi anak perusahaan RNI, yaitu PT Rajawali Nusindo ke seluruh Indonesia.
Dalam bidang industri karung plastik, PT RNI akan melakukan pengembangan kapasitas produksi karung plastik di PT Rajawali Citramass di mana pada tahun 2017 ini akan memproduksi woven bag sebanyak 64 juta lembar, dan inner bag 44,8 juta lembar, sekaligus melakukan pengembangan portofolio produk karung plastik pada salah satu anak perusahaannnya yaitu PT Rajawali Tanjungsari Enjiniring.
"Guna mendukung upaya ini, sebelumnya RNI telah melakukan penandatangan MoU bersama Perum Bulog, pada 16 Februari 2017, terkait kerjasama pengembangan industri kemasan," ujar Didik.
Pada kesempatan tersebut, Didik juga menyampaikan tentang rencana peluncuran surat utang jangka menengah atau Medium Term Note (MTN) RNI dan PT Phapros Tbk pada semester pertama tahun 2017 sebesar Rp 865 miliar. Ia mengatakan, guna memenuhi salah satu persyaratan tersebut RNI telah mendapatkan sertifikat peringkat idA-1 atau Single A Minus dari Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), sedangkan anak perusahaan bidang Farmasi PT Phapros mendapatkan peringkat peringkat idA-1 atau single A minus dan anak perusahaan di bidang industri gula PT PG Rajawali I mendapatkan peringkat idA1 atau single A.
Dari sisi tata kelola perusahaan, disampaikan Didik, RNI telah mengimplementasikan sistem tata Kelola perusahaan atau good corporate governance (GCG) sejak tahun 2002, pada tahun 2016 capaian GCG RNI sebesar 84,93 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan GCG di RNI pada telah mencapai kualifikasi BAIK. Adapun dalam Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU), RNI mendapat skor sebesar 477,5 meningkat 17 persen dibandingkan skor tahun lalu sebesar 407. Dalam hal ini, apabila tahun 2015 level Rni berada di early improvement, maka tahun 2016 meningkat menjadi good improvement. Ia menambahkan, RNI juga berkomitmen mengimplementasi ISO 9001 : 2015 tentang manajemen mutu. Proses sertifikasi dilakukan oleh PT TUV Nord Indonesia pada tanggal 6-7 Maret 2017 dan memperoleh rekomendasi kelulusan dengan predikat “tanpa temuan”.