Suara.com - Presiden Konfederasi Serikat Buruh Indonesia Said Iqbal mempertanyakan kesiapan perusahaan tambang negara, PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), mengambil alih pengelolaan tambang milik PT. Freeport Indonesia jika nanti Freeport dinyatakan kalah dalam sidang arbitrase internasional.
"Modalnya darimana, itu juga kami pertanyakan. Nanti seperti PT. AMMAN lagi, diambil alih, tapi dikelola swasta dengan modal dari Cina. Akhirnya yang terkana dampak siapa, ya buruh lagi kan. Ini harus diperhatikan," kata Iqbal, Selasa (7/3/2017).
Pernyataan Said untuk menanggapi rencana pemerintah menyiapkan Inalum untuk mengambil alih saham Freeport Indonesia.
Said menambahkan divestasi sangat mungkin diberikan kepada swasta. Hal itu sama seperti yang diisyaratkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan.
Kasus PT. Newmont Nusa Tenggara, menurut dia, sangat mungkin terulang pada kasus Freeport Indonesia jika nanti diambil alih Inalum.
"Luhut bilang, bisa saja divestasi 51 persen diserahkan ke swasta. Jadi, bukan nasionalisme. Jangan seolah persoalan Freeport, persoalan nasionalisme yang melibatkan emosi bangsa. Kami setuju nasionalisme, tetapi kasus Newmont menjelaskan nasionalisme semu ini diserahkan ke swasta juga," ujar dia.
Pemerintah, kata dia, juga harus mampu melihat rencana divestasi secara lebih luas. Misalnya, terjadinya pemutusan hubungan kerja.
"Persoalan Freeport, kami pertanyakan dulu apa dasar pemerintah melakukan divestasi. Pemerintah juga mengabaikan tidak mungkin PHK. Faktanya sudah dirumahkan. Pemerintah mau nggak bayar gajinya. Apa lebih sejahtera kalau divestasi dikuasai pemerintah. Faktanya BUMN, outsourcing semua kok," katanya.
Seperti diketahui, Freeport berencana menempuh jalur arbitrase untuk mencapai kata sepakat dengan pemerintah menyangkut kebijakan perubahan status kontrak karya menjadi izin usaha pertambangan khusus.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menegaskan kalau nanti dalam arbitrase ternyata pemerintah Indonesia menang, Inalum bakal mengambil alih tambang yang selama puluhan tahun dikelola perusahaan Amerika Serikat itu.