Suara.com - Kedatangan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz Al Saud, ke Indonesia membawa angin segar untuk keberlanjutan pembangunan modifikasi kilang atau refinery development masterplan kilang Cilacap, Jawa Tengah. Kilang ini merupakan perusahaan patungan PT. Pertamina (Persero) dan The Saudi Arabian Oil Company (Saudi Aramco)
"Kedatangan raja mengobati kerinduan investasi di industri hulu. Sebab begitu ada investasi refinery itu kerinduan. Sepuluh tahun saja kita sudah sungguh-sungguh merindukan investasi di hulu," kata Ketua Koordinator Gas Industri Kamar Dagang dan Industri Ahmad Wijaya dalam diskusi Energi Kita di Dewan Pers, Jakarta Pusat, Minggu (5/3/2017).
Dia berharap pembangunan modifikasi kilang di Cilacap dapat berjalan lancar.
Refinery Cilacap merupakan salah satu bagian dari refinery development master plan Pertamina dan kapasitasnya direncanakan ditambah menjadi 400 ribu barrel per hari dan dirancang untuk memroses minyak mentah dari Arab Saudi yang disediakan oleh Saudi Aramco. Hal ini juga akan menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi Euro V, petrokimia dasar (basic petrochemical), dan Group II Base Oil untuk pelumas.
"Arab Saudi itu termasuk investor yang sangat kecil di Indonesia, nah kesempatan ini harapan besar untuk kita. Tapi benar-benar banyak dollar yang masuk ke kita," ujarnya.
Saudi Aramco dan Pertamina telah menyepakati struktur kepemilikan Kilang Cilacap yang di-upgrade, dimana Pertamina memiliki saham 55 persen dan Saudi Aramco sebesar 45 persen.
Sampai saat ini konfigurasi kilang telah selesai dan proses untuk memilih licensor teknologi akan segera dimulai, dengan pekerjaan Basic Engineering Design yang ditargetkan selesai pada kuartal pertama 2017. Penandatanganan kesepakatan ini menjadi pembuka jalan untuk melanjutkan ke tahap Front End Engineering Design pada kuartal kedua tahun 2017, dan start up proyek ditargetkan pada 2021.
Kedua perusahaan berkomitmen untuk mempercepat penyelesaian proses Refinery Development Masterplan Program Kilang Cilacap pada 2021 atau lebih cepat setahun dari target sebelumnya.
Adapun biaya kilang Cilacap mencapai 5 miliar dolar AS atau sebesar Rp 65 triliun.