Pembangunan MRT Jakarta menjadi inspirasi bagi Kementerian PUPR dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono sangat terkesan dengan metodologi pembangunan MRT di Jakarta.
Menurut Menteri Basuki, pengerjaan proyek pembangunan MRT ini tidak menggunakan teknologi baru, akan tetapi metode kerjanya sangat menginspirasi, khususnya bagi Kementerian PUPR.
“Bahkan kita ingin menggunakan metode kerja pada MRT untuk pembangunan jalan tol, Jalan Trans Sumatera dan Jawa. Metodologi yang dikerjakan sangat rapih dan manajemennya juga baik,” terang Menteri Basuki dalam keterangan resmi, Sabtu (4/3/2017).
Baca Juga: Infrastruktur PUPR Jadi Tumpuan Pertumbuhan Ekonomi
Secara teknis, yang membedakan pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) dengan proyek pengendali banjir Sodetan Kali Ciliwung atau Banjir Kanal Timur hanyalah ukuran diameter terowongannya. “MRT ini dibangun dengan diameter sekitar 6 meter, sementara kalau sodetan Kali Ciliwung sekitar 4 meter. Terowongan MRT dibangun dengan jarak lebih panjang yakni 6 Km, sedangkan Sodetan Ciliwung sepanjang 1,25 Km,”terangnya.
Terkait dengan pembangunan infrastruktur, Menteri Basuki mengatakan bahwa Kementerian PUPR dan Kementerian Perhubungan terus bersinergi dalam mengintegrasikan infrastruktur transportasi, mulai dari pembangunan jalan tol dan pembangunan jalan akses menuju bandara maupun pelabuhan.
“Misalnya saja pada kawasan metropolitan Jakarta, Kementerian PUPR membangun jalan tol lingkar dalam dan lingkar luar yang akan menjadi bagian tidak terpisahkan dari MRT,” ungkapnya.
Konsep pembangunan MRT itu sendiri, terang Menteri Basuki, selain bersifat pelayanan jaringan bawah tanah (underground links) juga akan diintegrasikan dengan sistem pelayanan perkotaan, terutama pada terminal inlet/outlet MRT yang terhubung dengan akses jalan, pendestrian, Ruang Terbuka Hijau/ruang publik, kawasan komersial/shopping malls/Central Business District, perkantoran, dan hunian vertical (Rusun/Apartemen) yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana perkotaan yang memadai seperti air bersih, air limbah, drainase, dan persampahan.
“Diharapkan masyarakat Jakarta akan segera mampu menyesuaikan dengan budaya baru (New Urban Culture) untuk menggunakan MRT sebagai bentuk pelayanan publik yang lebih baik, murah dan cepat, “ tandasnya.