Kunjungan Raja Salman Beri Harapan Baru Perekonomian Indonesia

Adhitya Himawan Suara.Com
Minggu, 05 Maret 2017 | 07:25 WIB
Kunjungan Raja Salman Beri Harapan Baru Perekonomian Indonesia
Presiden Jokowi bertemu Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz al-Saud, di Jakarta, Jumat (3/3/2017). [Foto Biro Pers Setpres]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ekonom Katalis Indonesia, Adi Wibowo meyakini dengan ditandatangani beberapa kesepakatan untuk melakukan kerjasama ekonomi yang dilakukan dalam kunjungan Raja Salman setidaknya memberikan harapan diversifikasi kerjasama tidak hanya pada sektor jasa, tapi bisa eksplorasi kerjasama ekonomi yang lain. 

Bagi Indonesia, sebenarnya Arab Saudi dapat menjadi pasar bagi produk makanan dan pakaian hasil Usaha Kecil dan Menengah yang hari ini cukup berkembang di Indonesia. Tentunya di sektor energi dan migas juga kita berharap akan ada realisasi kerjasama yang mengangkat kedua belah pihak.

Selama ini, kerjasama Indonesia -Saudi yang dominan adalah pada sektor jasa, termasuk jasa haji dan umroh yang mana menyumbangkan pemasukan sebesar 39 persen di tahun 2010 bagi Arab Saudi, dan naik 51 persen di tahun 2015, dengan Indonesia mengirim 300.000-400.000 jemaaah haji/umroh setiap tahun.

"Kunjungan Raja Salman menjadi catatan yang cukup memberi harapan, walaupun kita tahu bahwa hubungan Saudi dengan Indonesia punya sisi historis dan cukup baik secara sosial politik. Namun, dalam kerjasama ekonomi tentunya kita juga melihat dari konteks kondisi ekonomi global saat ini dimana di dunia juga terjadi perubahan, krisis ekonomi, ketidakpastian di Amerika Serikat dan Eropa," kata Adi di Jakarta, Jumat (3/3/2017).

Baca Juga: Investasi Arab Saudi di Indonesia Rendah, Inilah Sebabnya

Selama ini, lanjut Adi, Arab Saudi sangat dekat dengan Amerika, Eropa sehingga kalau kita melihat hubungannya dengan negara-negara Asia itu masih boleh dikatakan minim. Sementara, dari sisi domestik Saudi, mereka juga perlu melakukan diversifikasi dari sumber penerimaan mereka dan juga dari kegiatan ekonominya.

"Dengan adanya perubahan domestik maupun global mendorong Arab Saudi untuk melakukan strategi political economy yang mungkin akan menjadi strategi baru bagi Saudi," ujarnya.

Diakui Adi, kondisi ekonomi Saudi sebenarnya saat ini dalam keadaan tidak begitu baik, defisitnya terhadap GDP Arab Saudi itu sekitar -11,7 persen di tahun 2016. Itu budget balance-nya. Tetapi kalau kita bandingkan di tahun 2010, bahwa defisitnya itu tidak sampai dua digit, bahkan cuma satu digit.

"Diharapkan dengan adanya kerja sama bilateral ini, kondisi perekonomian kedua negara membaik dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya," tukas Adi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI