Inilah Bentuk Kerjasama RI-Arab Saudi di Kelautan dan Perikanan

Kamis, 02 Maret 2017 | 21:07 WIB
Inilah Bentuk Kerjasama RI-Arab Saudi di Kelautan dan Perikanan
Peresmian kerjasama kelautan dan perikanan antara Indonesia dengan Arab Saudi. [Dok KKP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pemerintah Indonesia menjalin kerjasama dengan Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia di sektor kelautan dan perikanan. Kerjasama tertuang dalam bentuk nota kesepahaman antar kedua negara.

Penandatanganan dilakukan antara Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan Menteri Lingkungan Hidup, Perairan dan Pertanian Kerajaan Arab Saudi, Abdurrahman Abdul Mohsen al-Fadhil usai pertemuan bilateral antar kedua negara di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/3.2017).

Menteri Susi menjelaskan poin utama pada kerjasama ini adalah pertukaran informasi karantina ikan dan pengamanan, mengingat standar produk dagang yang masuk ke Arab Saudi sangat tinggi. “Jadi kita pertama harus menyamakan persepsi untuk karantina ikan. Standarnya bagaimana dan seperti apa. Hal ini tentunya juga dibutuhkan pertukaran ahli dan teknologi pertukaran standar”, ungkap Susi di Jakarta, Kamis (2/3/2017).

Baca Juga: Sidak ke Muara Baru, Menteri Susi Pergoki Kapal Manipulasi Ukuran

Menteri Susi menjelaskan saat ini belum ada spesifik investasi yang disepakati. Namun KKP berencana akan mengundang importir maupun pengusaha Arab Saudi untuk bertemu langsung dengan eksportir Indonesia dalam acara Marine Business Forum yang rutin digelar di KKP setiap bulannya. Menteri Susi berharap kerja sama ini dapat mempermudah akses pemasaran produk perikanan Indonesia ke wilayah Timur Tengah, yang sebelumnya tidak menjadi tujuan utama ekspor produk kelautan dan perikanan.

“Tentunya saya punya rencana untuk menargetkan negara yang selama ini belum menjadi tujuan ekspor Indonesia. Jadi dengan adanya kerjasama ini, akan terbuka peluang untuk menambah tujuan ekspor perikanan Indonesia, terutama ke negara yang tidak punya wilayah laut atau negara yang wilayah lautnya kecil. Prospeknya akan sangat menarik ke depan”, terang Susi.

Adapun kerjasama yang dilakukan ialah di bidang pembangunan kelautan dan perikanan; keamanan pangan dan karantina ikan; promosi dan pemasaran produk perikanan; pengelolaan dan konservasi sumber daya laut pesisir; pengetahuan dan penelitian terapan serta pelatihan teknis modern; pertukaran informasi dan pengalaman sebagai tambahan untuk pelatihan teknis modern.
Selain itu, kedua negara juga sepakat untuk saling mendorong kunjungan oleh sektor publik dan swasta dan kegiatan-kegiatan lain yang disetujui oleh para pihak. Saat ini Indonesia menempati posisi kedua eskportir tuna kaleng ke Arab Saudi setelah Thailand.

Selama ini bahan baku tuna kaleng Thailand berasal dari Indonesia, namun semenjak tahun 2015 volume ekspor bahan baku tuna Indonesia turun drastis dikarenakan pemerintah Indonesia melakukan pemberantasan penangkapan ikan secara ilegal. Dengan pemberantasan penangkapan ikan secara ilegal dan momentum kerjasama ini, Indonesia berpotensi untuk menggarap pasar produk perikanan langsung dengan juga membangun industri pengolahan dalam negeri demi mendapatkan nilai tambah.

Pada 2016, ekspor Indonesia ke Arab Saudi mencapai 66.849.893 Dolar AS atau senilai Rp869 miliar dengan komoditas yang diekspor adalah cakalang, tuna, makarel dan produk ikan lainnya. Sedangkan untuk impornya berupa ikan makarel senilai 645.083 Dolar AS atau setara dengan Rp8 miliar. Dari kegiatan tersebut, tercapai surplus 66.204.810 Dolar AS atau setara dengan Rp860 Miliar.

Ini merupakan kali pertama kerjasama antara Indonesia dan Arab Saudi di sektor kelautan dan perikanan setelah kerjasama dilakukan dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut yang ditandatangani pada 10 Desember 1982 lalu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI