PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk menyatakan program kredit pemilikan rumah (KPR) mikro lebih banyak menyasar asosiasi usaha skala kecil mulai dari pedagang hingga pelaku jasa.
"Untuk tahun ini kami fokus menyasar ke asosiasi pedagang mi dan baso, jumlahnya di seluruh Indonesia mencapai 1juta-1,5 juta anggota," kata Direktur Utama BTN Maryono di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (28/2/2017).
Dia mengatakan untuk langkah pertama, BTN akan memprioritaskan pembiayaan di Jawa Tengah, khususnya di Kota Semarang. Di Kota Semarang, jumlah anggota asosiasi pedagang mi dan baso sekitar 300 pedagang.
Baca Juga: 2017, BTN Luncurkan KPR Mikro dengan Harga Rumah Rp25 Juta
"Selanjutnya kami akan mulai masuk ke Jakarta dan dilanjutkan Jawa Timur," katanya.
Setelah asosiasi pedagang miel dan bso, katanya, BTN akan menyasar ke asosiasi tukang pangkas rambut dan asosiasi tukang ojek, termasuk ojek "online".
"Jumlah anggota masing-masing asosiasi mencapai puluhan ribu. Dalam hal ini kami memperoleh dukungan penuh dari pemerintah," katanya.
Dia mengatakan pemerintah melalui Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono berharap agar program KPR mikro itu bisa menjadi program prioritas sehingga suku bunga bisa turun.
"Mengenai hal ini akan kami urus agar program ini bisa membantu masyarakat kecil," katanya.
BTN mensyaratkan para debitur yang mengajukan permohonan KPR BTN mikro harus terlebih dahulu memiliki tabungan di BTN dengan rata-rata usia tabungan, yakni selama tiga bulan, sedangkan untuk nominalnya setara dengan cicilan bulanan kredit debitur.
"Untuk transaksi menabung ini kami mengoptimalkan agen yang ada di desa-desa," katanya.
Sebelumnya, Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kusumaningtuti Soetiono menyambut baik upaya BTN yang telah menciptakan produk bagi masyarakat kecil tersebut.
"Apalagi KPR BTN mikro ini nantinya memanfaatkan agen laku pandai, artinya selaras dengan program OJK dalam meningkatkan tingkat literasi masyarakat," katanya.
Dia mengatakan saat ini tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia meningkat cukup baik. Jika pada 2013 tingkat literasi 21,8 persen, pada 2016 meningkat menjadi 29,6 persen.
"Dengan peran perbankan termasuk BTN ini diharapkan pada tahun ini tingkat literasi dapat meningkat signifikan," katanya. (Antara)