Pengamat Minta Pertamina Jangan Dikotak-kotakkan

Adhitya Himawan Suara.Com
Minggu, 26 Februari 2017 | 20:13 WIB
Pengamat Minta Pertamina Jangan Dikotak-kotakkan
Kantor pusat Pertamina di Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Sabtu (12/3/2016). [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Gonjang ganjing pasca pencopotan Dirut dan Wadirut PT Pertamina semakin ramai saja. Spekulasi mengenai siapa yang akan menduduki posisi Dirut Pertamina semakin liar dan tidak terkendali.

Spekulasi mengenai alasan pencopotan Dwi Sucipto dan Ahmad Bambang terus bergulir dikalangan para pengamat migas. Isu “matahari kembar” di Pertamina mencuat dan di jadikan alasan oleh Komut Pertamina terkait dengan rekomendasi pencopotan kepada mentri BUMN.

"Terlepas dari benar atau tidakanya alasan pencopotan tersebut memang sudah seharusanya pemerintah terbuka dalam memberikan penjelasan kepada masyarakat terkait hal tersebut. Agar tidak menjadi prasangka kurang baik kepada pemerintah baik itu dikalangan internal pegawai Pertamina maupun khalayak umum," kata Mamit Setiawan, Direktur Executive Energy Watch, dalam keterangan resmi, Sabtu (25/2/2017).

Baca Juga: Ada 50 Perusahaan Yang Mau Terlibat Proyek Kilang GRR Bontang

Mamit menegaskan bahwa Pertamina adalah "integrated company" dengan value chain dari upstream - downstream, sehingga tidak selayaknya dibenturkan dengan mindset yang terkotak-kotak (silo-silo).Pertamina,merupakan satu kesatuan entitas baik itu sektor hulu maupun sektor hilir yang tidak bisa dipisahkan.Dua sektor tersebut saling mensupport satu sama lain terhadap pendapatan Pertamina sebagai Perseroan yang bertugas mencari keuntungan tapi disisi lain bertugas sebagai perusahaan yang siap rugi terkait penugasan yang diberikan dalam mendistribusikan BBM dan LPG ke seluruh wilayah Indonesia,apalagi terkait dengan pemeberlakuan BBM satu harga diseluruh wilayah Indonesia.

Sektor hulu,merupakan harapan bangsa Indonesia dalam menemukan cadangan migas baru serta target tercapainya lifting baik itu minyak maupun gas yang di targetkan dalam APBN. Ditengah harga minyak dunia yang masih stagnan dikisaran 52-57 Dolar AS per barrel,Pertamina Hulu harus bekerja keras agar target lifting bisa di tercapai dan disisi lain harus menemukan cadangan migas yang baru sebagai sumber energy masa depan kita. Apalagi, saat ini tidak ada lagi penambahan cadangan migas yang cukup besar untuk menggantikan cadangan migas yang sudah di produksikan.

Atas pertimbangan tersebut, sektor Hulu melalui Pertamina International EP melakukan ekspansi ke luar negeri dalam rangka mencari sumber daya migas di luar Indonesia serta menjaga ketahanan energy kita dimana hasilnya digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negri yang saat ini mencapai 1.6 juta barrel perhari dan akan terus meningkat setiap tahunnya.
Dua tahun terakhir ini produksi Hulu terus meningkat dan berkontribusi kepada laba bersih Pertamina. Besarnya revenue dan laba di sector Hulu sangat bergantung terhadap harga minyak dunia yang tidak dapat di kontrol.*Sektor Hulu, harus terus berinovasi dan melakukan efisiensi di tengah harga minyak yang masih rendah tersebut.

Sektor Hilir juga merupakan tulang punggung pemerintah dalam menyalurkan BBM dan LPG keseluruh wilayah Indonesia. Sektor ini mendapatkan tugas dari pemerintah terkait dengan BBM satu harga di seluruh wilayah Indonesia. Ditengah harga minyak mentah dunia seperti ini, sektor Hilir memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap keuntungan Pertamina. Berdasarkan laporan keuangan Pertamina tahun 2016, Penjualan BBM pada triwulan III 2016 mencapai 47,77 juta KL atau naik tipis sekitar 4,3% dari 45,81 juta KL pada periode yang sama tahun 2015.

Sementara untuk penjualan Non BBM sampai dengan akhir September 2016 mencapai 6,64 juta KL dari atau naik 4,8 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pertamina melalui sektor Hilir telah berhasil melakukan penetrasi berbagai varian produk BBM, khususnya Bahan Bakar Khusus Pertamax Series yang meningkat 206 persen dari periode yang sama tahun 2015, menjadi 6,21 Juta KL.
Untuk BBM Penugasan dan PSO telah memberikan laba hinggga 755 juta dolar. Kontribusi BBM PSO dan penugasan mencapai 637 juta dolar dan dari LPG 3 kg sebesar 117 juta dolar. Revenue dari usaha BBM PSO 449,9 persen lebih tinggi dibandingkan periode sama 2015.

"Tingginya kenaikan laba ini disebabkan oleh rendahnya biaya produk sejalan dengan penurunan harga MOPS (Mid Oils Platts Singapore) dan ICP (harga minyak mentah Indonesia) yang merupakan komponen pembentuk biaya produk," ujar Mamit.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI