Presiden Joko Widodo mulai membidik potensi ekspor di pasar-pasar internasional yang sebelumnya tak tersentuh. Indonesia pun disebutnya harus mampu terlebih dahulu menjajaki pasar-pasar tersebut.
"Yang namanya pasar-pasar baru sebetulnya masih sangat besar peluangnya karena tidak pernah kita urus berpuluh-puluh tahun. Jangan biarkan yang namanya swasta menerobos sendiri, biayanya terlalu besar. Negara lain pasti negaranya dulu yang hadir. Ada market intelligence yang dilakukan di sana," ucap Presiden Jokowi saat membuka rapat kerja dengan tema "Tata Perdagangan untuk Gerakkan Ekonomi Domestik dan Tingkatkan Ekspor" di Jakarta, Selasa (21/2/2017).
Potensi yang ada di negara-negara Afrika misalnya, berdasarkan data yang ada mencapai 550 miliar Dolar Amerika Serikat (AS). Sementara Indonesia sendiri saat ini baru membukukan nilai ekspor sebesar 4,2 miliar Dolar AS.
Baca Juga: Pantau Harga Pangan, Jokowi Minta Kemendag Kembangkan Aplikasi
"Timur Tengah peluangnya juga besar sekali, 975 miliar Dolar AS, kita baru masuk 5,2 miliar Dolar AS. Ajak UKM-UKM kita yang telah memiliki kualitas untuk mengadakan pameran di sana," Presiden menambahkan.
Banyak negara-negara tujuan ekspor yang selama ini masih dipandang sebelah mata disebutkan oleh Presiden Joko Widodo dalam kesempatan tersebut. India, Pakistan, dan Bangladesh merupakan beberapa di antaranya.
Lebih lanjut, dalam bagian terakhir arahannya, Presiden menitipkan pesan terkait dengan kemajuan pasar tradisional kerakyatan. Ia meminta agar pasar tradisional yang ada untuk dibina agar mampu bersaing dengan pasar-pasar modern lainnya.
"Kalau fisiknya sudah diperbaiki, tolong ditindaklanjuti pada tahapan kedua. Manajemen dan modal mereka tolong dibantu dan diarahkan," ucapnya.
Membina dan memajukan pasar-pasar tradisional di Indonesia yang jumlahnya sangat banyak tersebut memang tidaklah mudah. Dibutuhkan kerja dan pemikiran-pemikiran yang lebih untuk menangani hal tersebut. Namun, Presiden mengingatkan bahwa kerja keras kita pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
"Tapi ingatlah bahwa apa yang kita lakukan itu untuk rakyat kita. Itu akan memberikan rasa di "dalam" (hati) sewaktu kita bekerja kalau melihat mereka naik ke level yang lebih tinggi," tutupnya.