Kinerja Ekspor Januari 2017 Turun, Ini Penyebabnya Menurut BPS

Kamis, 16 Februari 2017 | 14:51 WIB
Kinerja Ekspor Januari 2017 Turun, Ini Penyebabnya Menurut BPS
Kantor Pusat BPS di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, Jumat (19/8/2016). [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Pusat Statistik mencatat kinerja ekspor Indonesia pada Januari 2017 hanya sebesar 13,3 miliar dolar AS, atau mengalami penurunan sebesar 3,21 persen dibandingkan Desember 2016. Hal itu disebabkan anjloknya ekspor non-migas sebesar 3,70 persen. Sementara bila dibandingkan Januari 2016, angkanya meningkat 27,71 persen atau sebesar 10,48 miliar dolar AS.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, terdapat sejumlah golongan barang ekspor yang mengalami penurunan hingga lebih dari 20 persen.

"Jadi dari total 10 golongan, (ada) sekitar 4 golongan yang mengalami penurunan. Seperti pada golongan bijih, kerak, dan abu logam, mencapai 27 persen," katanya di kantor BPS, Jakarta Pusat, Kamis (16/2/2017).

Suhariyanto mengaku, penurunan kinerja ekspor pada awal tahun 2017 ini merupakan hal yang wajar. Pasalnya menurutnya, hal tersebut menjadi siklus tahunan setiap pergantian tahun.

"Ini merupakan faktor siklus tahunan, jadi memang pasti dialami setiap awal tahun atau pergantian tahun. (Kita) Berharap bulan berikutnya bisa lebih baik," ujarnya.

Kendati demikian, dari sisi ekspor migas, nilai ekspor Indonesia pada Januari 2017 justru tercatat mengalami kenaikan signifikan. Kenaikannya mencapai 27,71 persen secara tahunan menjadi 13,38 miliar dolar AS, dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 10,48 miliar dolar AS. Suhariyanto mengatakan, peningkatan ini terkerek oleh harga komoditas.

"Kenaikan harga komoditas diharapkan berpengaruh terhadap ekspor di bulan-bulan berikutnya," kata Suhariyanto pula.

BPS sendiri mencatat ekspor non-migas tumbuh hingga 29,24 persen secara year-on-year menjadi 12,11 miliar dolar AS, dibandingkan tahun sebelumnya yang senilai 9,37 miliar dolar AS.

Suhariyanto menambahkan, selain harga komoditas, perbaikan ekonomi dari negara-negara tujuan ekspor pun turut menjadi pengerek kinerja. Pangsa pasar ekspor terbesar menurutnya masih ASEAN dengan 19,67 persen, kemudian Cina dengan 12,8 persen, dan AS dengan 11,77 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI