Daya Saing Industri Sawit Dari Hulu Hingga Hilir akan Diperkuat

Adhitya Himawan Suara.Com
Sabtu, 04 Februari 2017 | 13:16 WIB
Daya Saing Industri Sawit Dari Hulu Hingga Hilir akan Diperkuat
Sebuah truk mengangkut komoditi kelapa sawit di Ketapang, Kalimantan Barat [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, menyatakan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan (BLU BPDP) Kelapa Sawit berperan strategis untuk mewujudkan tujuan bersama dalam membangun industri kelapa sawit hulu-hilir yang berdaya saing.

“Di sektor hulu, kami mengharapkan agar program peremajaan atau replanting dapat segera dilaksanakan untuk meningkatkan produktivitas petani rakyat,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Pertemuan Nasional Sawit Indonesia Tahun 2017 di Jakarta, Kamis (2/2).

Menurut Menperin, sektor hulu juga berkepentingan pada peningkatan produktivitas petani rakyat sebagai pemasok bahan baku industri yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan dapat dilacak. Salah satunya melalui riset terapan dalam kebijakan pengembangan teknologi. "Ahli kelapa sawit dari Indonesia dianggap lebih hebat dari ahli Inggris atau Amerika. Sebagai produsen terbesar di industri kelapa sawit, sudah seharusnya Indonesia menghasilkan peneliti-peneliti yang hebat di sektor kelapa sawit,” tuturnya.

Baca Juga: Industri Sawit Serap Tenaga Kerja 5,7 Juta Orang di 2016

Selanjutnya, kata Airlangga, kegiatan riset dan pengembangan teknologi industri hilir minyak sawit juga harus menjadi lokomotif penciptaan nilai tambah produk dalam negeri yang inovatif, kreatif, dan dinamis mengikuti tren ke depan. Oleh karena itu, program penguatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) perkelapasawitan harus pula dijalankan, khususnya pendidikan vokasi untuk membentuk SDM industri yang kompeten.

“Kami meyakini bahwa pelaksanaan program BLU BPDP Kelapa Sawit ini dapat turut mewujudkan pemerataan kesejahteraan masyarakat, yang juga menjadi tujuan bersama dalam pembangunan ekonomi bangsa. Hal ini sejalan dengan agenda utama Bapak Presiden Joko Widodo di tahun ini,” paparnya.

Kemenperin pun berharap agar program hilirisasi industri kelapa sawit dapat dipertahankan dan perlu didukung oleh seluruh pemangku kepentingan. “Upaya ini sebagai tahap jangka menengah untuk tahun 2017-2020, dengan pengembangan Palm Oil Green Economic Zone (POGEZ). POGEZ menjadi penting, karena berbicara tentang sustainability, sehingga kita harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Saat ini, tengah dikembangkan POGEZ di Dumai dan Berau, masing-masing daerah sebesar 2000 hektare dengan infrastruktur yang siap menampung industri hilir dan memiliki pelabuhan sendiri,” terangnya.

Terkait program mandatori B-20, Menperin mengatakan, pihaknya senantiasa berkoordinasi dengan pelaku industri otomotif dan komponennya untuk mengembangkan mesin dan peralatan canggih yang lebih adaptif dengan penggunaan bahan bakar biodiesel.

Sejalan dengan komitmen tersebut, lanjut Airlangga, Kemenperin mengharapkan dukungan dari pihak terkait untuk menciptakan efisiensi industri domestik, salah satunya melalui pemberian harga khusus gas industri terutama untuk sektor oleochemical, pangan, bahan bakar nabati, dan utilitas kawasan industri.

“Gas bumi harus dipandang sebagai faktor produksi yang efisien dan ramah lingkungan untuk membangkitkan multiplier effect sektor industri dalam negeri,” tegasnya. Menperin optimistis, produk industri dalam negeri akan lebih mampu bersaing apabila biaya produksi dapat ditekan melalui harga gas bumi yang kompetitif seperti di negara-negara lain.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI