Perekonomian Global pada 2017 diproyeksi masih mengalami perlambatan. Perlambatan ekonomi tersebut dipengaruhi mulai dari perkembangan ekonomi Cina, fluktuasi harga minyak mentah dunia hingga negosiasi Brexit ditambah rencana kebijakan proteksionis Amerika Serikat dan kekhawatiran tentang keamanan geopolitik diyakini masik akan menimbulkan ketidakpastian.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung menjelaskan, perlambatan tersebut bisa menjadi tantangan dan peluang bagi Indonesia untuk mendongkrak perekonomian Nasional.
"Tantangannya kita masih dihadapi oleh ketidakpastian global, kita menanti kebijakan apa yang akan diambil oleh negara-negara tersebut terutama AS. Kita masih menunggu kebijakan Fiskal dan moneternya, ini tantangan buat kita," kata Juda saat ditemui di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Selasa (31/1/2017).
Kendati demikian, Indonesia masih memiliki peluang ditengah melambatnya perekonomian global. Pasalnya, negara-negara di dunia tengah menunggu kebijakan apa yang diambil oleh Trump terkait fiskal dan moneter. Hal imi membuat berbagai harga komoditas mengalami kenaikan. Salah satunya batubara.
"Ini bisa menjadi keuntungan bagi Indonesia. Sejak Kuartal III naik 50 persen, paling banyak permintaannya dari Cina. Ini good newsnya, yang tadinya Cina mau konsen ke domestik tetapi mereka memilih untuk investasi ekspor," katanya.
Meski demikian, Kendati begitu, masih ada tantangan yang dihadapi Indonesia tahun ini salah satunya ketidakpastian kebijakan di Amerika Serikat yang saat ini dipimpin oeh Donald Trump. Kendati begitu, BI memprediksi laju perekonomian global tahun ini akan lebih baik dibanding tahun sebelumnya.
"Kami masih was-was apakah kenaikan harga komoditas ini akan berkelanjutan atau akan seperti apa. Tetapi Pertumbuhan ekonomi global di 2017 akan lebih baik dari 3,1 persenpada 2016 ke 3,4 persen di 2017. Dan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga masih pada range 5-5,4 persen," ujarnya