Menko Luhut Serukan Indonesia Siap Hadapi Proteksionisme Trump

Selasa, 31 Januari 2017 | 12:11 WIB
Menko Luhut Serukan Indonesia Siap Hadapi Proteksionisme Trump
Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan (kiri) didampingi Menteri Pariwisata Arief Yahya (kanan). [Dok Kementerian Pariwisata]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia harus siap menghadapi berubahnya situasi global saat ini. Hal ini disampaikannya pada saat berdialog dengan Dewan Guru Besar Universitas Gadjah Mada pada hari Jumat (27/1/2017). Menurut Menko Luhut kemenangan Donald Trump pada pemilu Presiden Amerika Serikat bulan lalu telah mengubah peta perekonomian dan politik dunia. 

"Donad Trump dengan prinsip proteksinya terhadap produk Amerika bisa membalikkan apa yang telah terjadi selama ini. Trump ini cukup fenomenal dengan inward lookingnya (berorientasi ke dalam), memprioritaskan national interest, bahkan sampai melanggar aturan WTO pun ia tidak peduli," kata Menko Luhut dihadapan para guru besar UGM.

Menurutnya Amerika Serikat, yang hingga pertengahan tahun lalu masih menjadi negara pegimpor minyak terbesar di dunia, mulai mengurangi ketergantungannya pada negara lain. Pada saat yang besamaan negara ini sedang berusaha untuk bisa mengekspor gas.

Baca Juga: Luhut Berharap Pembebasan Lahan Danau Toba Segera Tuntas

"Tetapi saat Trump berkuasa, baru dalam hitungan hari indeks Dow Jones naik cukup signifikan. Ini menunjukkan bahwa prinsip proteksionisme yang diterapkannya mendapat respon (pasar) yang cukup baik," kata Menko Luhut.

Ia menyinggung dampak kemenangan Trump ini juga dirasakan di Eropa dan negara-negara Timur Tengah. Oleh karenanya, menurut Menteri Luhut, Indonesia akan mengurangi impor di berbagi sektor. Seperti sektor energi, pemerintah kini sedang menggalakkan peningkatan penggunaan bio fuel dari kelapa sawit hingga 20 persen.

"(Kewajiban menggunakan) 20% palm oil (dalam bio diesel) bisa mengurangi impor (solar). Selama 10 tahun terakhir kita lebih senang impor. (Kita juga ingin menaikkan) Imbal hasil dari petani plasma kelapa sawit, yang saat ini berada di kisaran 2-3 ton, menjadi 8-10 ton (per hektar). Dengan begitu, petani kita juga bisa lebih sejahtera," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI