Pasca bencana gempa yang mengguncang Provinsi Aceh pada 7 Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sejak Desember 2016 telah melakukan pembangunan sekolah sementara pada 13 lokasi prioritas di Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Bireun. Lokasi-lokasi tersebut sudah lebih dahulu siap karena telah dilakukan pembersihan oleh TNI dan telah melalui verifikasi teknis oleh tim dari Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya.
Sekolah sementara dibangun untuk menggantikan sekolah dan madrasah yang hancur akibat gempa bumi. Sementara pembangunan sekolah permanennya akan dilakukan tahun ini.
Pada akhir Januari 2017, sebanyak 12 sekolah sementara di Kabupaten Pidie Jaya dan 1 sekolah sementara di Kabupaten Bireun sudah dapat dimanfaatkan untuk proses belajar dan mengajar. Tiga belas sekolah tersebut yakni SDN Masjid Trienggadeng, SDN Tampui, SMPN 4 Tampui, SDN Pulandok Tunong, PAUD Kasih Ibu, SD Malim Dagang, SMK 1 Bandar Baru, SMKN 1 Bandar Dua, Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Paru Bandar Baru, SMP 3 Bandar Baru Jiem Jiem, SDN Jiem Jiem, SMPN 2 Panteraja dan SMPN 1 Samalanga (Kabupaten Bireun).
Baca Juga: Naskah Akademik RUU Sumber Daya Air Diserahkan ke Komisi V DPR
Disamping 13 sekolah diatas, beberapa sekolah sementara tambahan yang dibangun kemudian, juga sudah bisa digunakan yakni SDN 3 Meureudu, MTSN Meureudu, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trienggadeng, dan Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Ulumul Quran Pangwa.
Sementara sisanya ditargetkan bisa difungsikan pada pertengahan Februari 2017 yaitu SD Peudeuk Tunong, MIN Beuracan, MTSN Pangwa, SDN Muka Blang Panteraja, MIN 1 Panteraja, dan MAS Panteraja, Raudhatul Athfal atau Taman Kanak-Kanak An Nur Pangwa.
Selain ruang kelas, juga dibangun fasilitas pendukung lainnya seperti toilet, ruang guru, perpustakaan, mushola dan laboratorium.
Konstruksi yang digunakan adalah pengembangan dari teknologi RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) yang telah dikenal sebagai teknologi bangunan tahan gempa. Selain itu pengerjaannya dilakukan dengan sistem modular sehingga dapat dibongkar pasang, dan apabila sekolah permanen sudah terbangun, modul-modul dapat disimpan untuk digunakan kembali bila diperlukan.
"Pembangunan sekolah sementara menggunakan teknologi Rumah Instan Sederhana (Risha) dengan sistem modular sehingga bisa lebih cepat penyelesaiannya," kata Ketua Satuan Tugas Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh yang juga Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR Danis H. Sumadilaga dalam keterangan resmi, Senin (30/1/2017).
Ditambahkannya pembangunan sekolah sementara perlu dilakukan cepat, guna memulihkan psikologis siswa agar tak mengalami trauma berkepanjangan.