G20 Kuasai 79 Persen Perdagangan Global

Adhitya Himawan Suara.Com
Sabtu, 28 Januari 2017 | 07:00 WIB
G20 Kuasai 79 Persen Perdagangan Global
Presiden Jokowi bertemu dengan Presiden Argentina Mauricio Macri di sela KTT-G20 di Hangzhou International Expo Center, Cina, Senin (5/9/2016). [Biro Pers Istana]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Guna meningkatkan pemahaman publik tentang partisipasi Indonesia dalam forum G20, Sherpa G20 Indonesia yang dijabat Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Affandi Lukman mengundang pemimpin redaksi media massa nasional.

“Forum G20 merupakan wadah strategis bagi sejumlah negara kunci di dunia untuk menentukan arah kebijakan ekonomi global,” ujar Rizal Affandi saat membuka acara “Lunch with the Media: Dialogue on G20”, di Jakarta, Jumat (27/1/2017).

Pada kesempatan tersebut, Sherpa Indonesia didampingi oleh Direktur Pembangunan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup (PELH) Kementerian Luar Negeri selaku Sous Sherpa, Muhsin Syihab; Direktur Kebijakan Internasional Bank Indonesia, Harmanta; dan Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan Kemenko Perekonomian Rizal Edwin Manansang. Acara ini juga dihadiri perwakilan Kementerian/Lembaga yang menjadi focal points nasional sejumlah working groups di G20.

G20 memiliki nilai strategis karena terdiri dari negara-negara yang menguasai 85 persen total Produk Domestik Bruto (PDB) dunia, berkontribusi terhadap 79 persen perdagangan global, dan memiliki 65 persen (atau sekitar 2/3) dari jumlah total penduduk dunia.

Baca Juga: G20 Sepakat Lanjutkan Reformasi Lembaga Keuangan Internasional

Sebagai the only premier economic forum, G20 beranggotakan: Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Tiongkok, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Korea, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris dan Amerika Serikat, serta Uni Eropa.

Indonesia telah menjadi anggota G20 sejak tahun 1999. Sejumlah pertimbangan menjadi dasar dilibatkannya Indonesia ke dalam forum G20. Mulai dari pengalaman mengatasi krisis ekonomi di Asia akhir tahun 1990an, resiliensi Indonesia dalam menghadapi tekanan krisis ekonomi global pada tahun 2008, posisi Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dengan penduduk mayoritas Muslim, negara dengan jumlah populasi terbanyak ke-empat, serta sebagai pemimpin di ASEAN.

“Nilai-nilai dan postur socio-political and economic Indonesia tersebut tentu menjadi aset bagi diplomasi Indonesia di G20,” lanjut Rizal.

Pada G20 tahun ini yang berlangsung di bawah Presidensi Jerman, secara garis besar prioritas Indonesia diarahkan pada upaya untuk mengatasi kesenjangan ekonomi dan sosial di masyarakat. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden pada Sidang Kabinet di awal tahun ini.

Untuk itu, diplomasi pemerintah di G20 saat ini menekankan pada sejumlah agenda prioritas yang sejalan dengan agenda Presidensi Jerman. Beberapa agenda tersebut di antaranya digitalisasi, ketenagakerjaan, dan pertumbuhan ekonomi.

Secara khusus, Indonesia juga akan berbagi pengalaman dalam mengelola transisi ekonomi digital dengan memperkuat peran serta masyarakat melalui success story antara lain di sektor transportasi publik.

Partisipasi Indonesia dalam G20 ini juga sejalan dengan Nawa Cita Presiden Jokowi. Selain itu, keterlibatan Indonesia dalam forum ini penting untuk mendukung prioritas kebijakan dalam negeri, seperti pemberlakuan automatic exchange of information (AEoI) secara tepat waktu pada tahun 2018 yang dapat mendorong upaya Pemerintah meningkatkan pendapatan dari sektor perpajakan.

Pada acara ini juga diluncurkan website resmi Sherpa G20 Indonesia (sherpag20indonesia.ekon.go.id). Website ini menjadi sarana penyebaran informasi mengenai perkembangan pembahasan isu di G20 kepada masyarakat luas, sekaligus sebagai web-based communication platform untuk mendukung koordinasi dan diseminasi informasi secara cepat antar K/L yang terlibat di dalam forum G20.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI