Menhub Optimis Bandara Baru Yogyakarta Beroperasi Maret 2019

Jum'at, 27 Januari 2017 | 13:47 WIB
Menhub Optimis Bandara Baru Yogyakarta Beroperasi Maret 2019
Peresmian pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta, di Kulon Progo, DIY, Jumat (27/1/2017). [Dok Kementerian Perhubungan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta Baru di Kabupaten Kulon Progo resmi dimulai. Dimulainya pembangunan bandara di lahan seluas 587 hektar tersebut ditandai dengan prosesi "Babat Alas Nawung Kridha" berupa peletakan batu merah, yang dilakukan oleh Presiden RI Joko Widodo, Jumat (27/1) di desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hadir dalam peresmian tersebut, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Dirut Angkasa Pura I Danang S. Baskoro. Hadir pula beberapa Menteri kabinet Kerja yaitu, Mensesneg Pratikno, Menko PMK Puan Maharani, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan, Men PU & PERA Basuki Hadimoeljono, dan Men ATR Sofyan Djalil.

Prosesi Babat Alas Nawung Krido artinya adalah membuka, membersihkan, merapikan dan menata lahan (land clearing/ pematangan lahan) yang terletak di pesisir Temon tersebut, agar siap untuk didayagunakan sebagai lokasi pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta yang akan dilakukan oleh Angkasa Pura I.

 

Baca Juga: Bandara Internasional Yogyakarta Sudah Direncanakan 7 Tahun Lalu

Dalam sambutannya, Presiden RI Jokowi mengatakan, pembangunan bandara ini harus segera dilaksanakan, mengingat rencana pembangunannya telah dilakukan sejak 7 tahun lalu.

"Bandara ini sudah direncanakan sejak 6-7 tahun yg lalu. Tidak segera terlaksana karena mundur-mundur terus," jelas Presiden Jokowi.

Ia mengungkapkan, para leluhur terdahulu sudah memprediksi bahwa di daerah Kulon Progo nantinya akan ada sebuah bandara besar.

"Kelak di wilayah Temon ini akan menjual cincau di udara. Wilayah Temon ini kelak akan menjadi sarangnya capung besi. Kawasan di selatan Gunung Jeruk kelak akan menjadi koa atau pasar. Gelagah, akan menjadi mercusuarnya dunia," ujar Presiden RI yang menerjemahkan sabda para leluhur dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia.

Untuk itu Presiden menyatakan sudah tepat jika pembangunan bandara ini dilanjutkan. Ia berpesan, setelah prosesi babat alas ini, agar seluruh proses pembebasan lahan dan amdal segera diselesaikan dengan baik, dan menyelesaikan pembangunan sesuai target waktu agar bisa segera digunakan masyarakat.

Sementara Menteri Perhubungan dalam laporannya mengatakan, pembangunan bandara Internasional Yogyakarta di Kulonprgo tahap I ini ditargetkan selesai pada bulan Maret 2019.

"Pembebasan lahan sebagian besar sudah selesai. Penyelesaian dilakukan dengan cara konsinyanyi di pengadilan. Setelah itu, kita akan lakukan land clearing dan segera mulai pembangunan. Insha Allah akan mulai beroperasi maret 2019," ucapnya.

Menhub Budi mengungkapkan, kehadiran bandara ini sudah sangat dibutuhkan untuk menggantikan peran bandara Adisutjipto yang yang kapasitasnya sudah tidak mampu menampung jumlah pergerakan penumpang maupun pergerakan pesawat yang ada. Pengembangan bandara di Adisutjipto pun, menurutnya tidak bisa dilakukan lagi lantaran keterbatasan lahan.

"Kehadiran bandara ini tentunya akan menambah kenyamanan penumpang mengingat kondisi di bandara Adisutjipto sudah penuh sesak. Kapasitasnya nanti akan meningkat sekitar 10 kali lipat," jelasnya.

Menhub Budi menambahkan, nantinya akan ada penambahan beberapa rute baru. Salah satunya adalah pembukaan rute Yogyakarta-Jeddah, sehingga masyarakat Yogyakarta yang akan melaksanakan ibadah Umroh atau Haji, bisa memanfaatkan bandara tersebut.

"Pembangunan bandara ini juga sangat dibutuhkan sebagai pintu masuk wisatawan ke Yogyakarta, sebagai destinasi andalan Indonesia selain Bali," imbuhnya.

Dalam sambutan selamat datang, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan, pembangunan bandara ini akan menimbulkan efek domino yang positif bagi Yogyakarta, khususnya di Kulon Progo. Selain dapat meningkatkan sektor transportasi, juga dapat meningkatkan sektor pariwisata, perdagangan, menciptakan lapangan kerja, dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Ia menuturkan, agar momentum pembangunan ini digunakan untuk membangun peradaban baru di Yogyakarta menjadi lebih modern dan dinamis.

"Babat Alas Nawung Kridha itu adalah transformasi atau reformasi. Pada abad 50 dulu para leluhur juga pernah melakukan Babat Alas. Pada abad ini, Babat Alas kita lakukan lagi di Kulonprogo. Ini akan mengubah peradaban dari tradisional statis menjadi modern dinamis," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI