"Pembebasan lahan sebagian besar sudah selesai. Penyelesaian dilakukan dengan cara konsinyanyi di pengadilan. Setelah itu, kita akan lakukan land clearing dan segera mulai pembangunan. Insha Allah akan mulai beroperasi maret 2019," ucapnya.
Menhub Budi mengungkapkan, kehadiran bandara ini sudah sangat dibutuhkan untuk menggantikan peran bandara Adisutjipto yang yang kapasitasnya sudah tidak mampu menampung jumlah pergerakan penumpang maupun pergerakan pesawat yang ada. Pengembangan bandara di Adisutjipto pun, menurutnya tidak bisa dilakukan lagi lantaran keterbatasan lahan.
"Kehadiran bandara ini tentunya akan menambah kenyamanan penumpang mengingat kondisi di bandara Adisutjipto sudah penuh sesak. Kapasitasnya nanti akan meningkat sekitar 10 kali lipat," jelasnya.
Menhub Budi menambahkan, nantinya akan ada penambahan beberapa rute baru. Salah satunya adalah pembukaan rute Yogyakarta-Jeddah, sehingga masyarakat Yogyakarta yang akan melaksanakan ibadah Umroh atau Haji, bisa memanfaatkan bandara tersebut.
Baca Juga: Bandara Internasional Yogyakarta Sudah Direncanakan 7 Tahun Lalu
"Pembangunan bandara ini juga sangat dibutuhkan sebagai pintu masuk wisatawan ke Yogyakarta, sebagai destinasi andalan Indonesia selain Bali," imbuhnya.
Dalam sambutan selamat datang, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan, pembangunan bandara ini akan menimbulkan efek domino yang positif bagi Yogyakarta, khususnya di Kulon Progo. Selain dapat meningkatkan sektor transportasi, juga dapat meningkatkan sektor pariwisata, perdagangan, menciptakan lapangan kerja, dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Ia menuturkan, agar momentum pembangunan ini digunakan untuk membangun peradaban baru di Yogyakarta menjadi lebih modern dan dinamis.
"Babat Alas Nawung Kridha itu adalah transformasi atau reformasi. Pada abad 50 dulu para leluhur juga pernah melakukan Babat Alas. Pada abad ini, Babat Alas kita lakukan lagi di Kulonprogo. Ini akan mengubah peradaban dari tradisional statis menjadi modern dinamis," jelasnya.