Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Wakil Gubernur Provinsi Jawa Barat Deddy Mizwar serta Wali Kota Bandung Ridwan Kamil meresmikan Overpass Pelangi Antapani di Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (24/1/2017).
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dalam sambutannya mengatakan, penggunaan teknologi Corrugated Mortarbusa Pusjatan (CMP) sebenarnya teknologi lama yang dimodernisasi menjadi lebih ringan, lebih murah, dan cepat dalam pengerjaannya. Dengan teknologi yang inovatif ini kata Wapres Jusuf Kalla, tentunya akan menghemat anggaran negara yang terbatas. "Apabila ini berhasil dan terus berlanjut, maka tentu akan banyak dilakukan penghematan. Kita akan membangun 1.000 overpass sejenis pada perlintasan kereta api sebidang," tuturnya.
Overpass Pelangi Antapani ini merupakan pilot project hasil inovasi anak bangsa dengan menggunakan teknologi CMP yang baru pertama kali diterapkan di Indonesia. Penggunaan teknologi ini menghasilkan karya yang lebih murah 70 persen dibandingkan pembangunan jembatan konvensional yang menggunakan beton bertulang, lebih cepat pelaksanaannya 50 persen, yakni hanya 6 bulan sementara jika dibandingkan konstruksi beton umumnya yang memakan waktu 12 bulan.
Baca Juga: Kementerian PUPR Konservasi 3 Pantai di Bali
Disamping itu juga memiliki nilai estetis dimana pada Overpass Pelangi, seniman lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB), John Martono, dilibatkan dalam menghias dinding overpass tersebut sehingga terlihat indah dan manusiawi, tidak seperti jembatan lain yang terkesan masif.
Pembangunan overpass ini sendiri bertujuan untuk mengatasi kemacetan yang setiap hari terjadi di persimpangan Jalan Terusan Jakarta dan Jalan Kiaracondong, terlebih pada jam sibuk pagi dan sore hari serta akhir pekan.
Sementara Menteri Basuki yang ditemui usai acara mengatakan teknologi CMP akan digunakan lebih luas lagi, antara lain untuk mengatasi kemacetan pada 4 perlintasan sebidang kereta api setelah keluar gerbang tol Brebes Timur, Jawa Tengah tepatnya di Dermoleng, Klonengan, Kesambi dan Kretek di Jawa Tengah.
Walikota Bandung Ridwan Kamil mengatakan bahwa hari ini sangat istimewa dan menggembirakan sekaligus mengucapkan terima kasih kepada Kementerian PUPR karena Kota Bandung menjadi kota metropolitan pertama yang dipilih untuk penerrapan teknologi CMP.
“Belum diresmikan saja sudah ribuan orang yang ber-foto sehingga menjadi ikon baru Kota Bandung”kata Ridwan Kamil.
Apresiasi kepada Kementerian PUPR juga disampaikan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, sekaligus mengharapkan agar proyek infrastruktur PUPR lainnya di Provinsi Jawa Barat seperti Jalan Tol Cisumdawu dapat segera dirampungkan dan difungsikan.
Kelebihan Teknologi CMP
CMP sendiri adalah teknologi yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Balitbang Kementerian PUPR. Teknologi ini merupakan pengembangan teknologi timbunan ringan mortar busa dengan struktur baja bergelombang.
Baja struktur yang digunakan berbentuk corrugated atau armco dengan tiga jumlah bentang. Panjang untuk bentang tengah adalah 22 meter dengan tinggi ruang bebas vertikal 5,1 meter dan lebar bentang lainnya (u-turn) adalah 9 meter.
Kelebihan lainnya dari teknologi CMP adalah bentangan konstruksi jembatan yang panjang dimana lengkungannya dapat mencapai 36 meter sehingga mampu mengakomodir hingga 8 lajur kendaraan dibawah jembatan. Pelaksanaan konstruksi CMP juga tidak mengharuskan penutupan jalur kendaraan, sehingga memberikan dampak yang sangat kecil terhadap kemacetan di sekitar lokasi konstruksi. Konsumsi bahan alam dalam konstruksi jauh lebih rendah dibandingkan konstruksi dengan teknologi beton sehingga ramah lingkungan.
Teknologi mortar busa ini digunakan sebagai pengganti timbunan tanah, atau sub base yang biasanya dipakai tanpa memerlukan lahan yang lebar karena dapat dibangun tegak dan tidak memerlukan dinding penahan serta tidak perlu alat pemadat karena dapat memadat dengan sendirinya.
Penggunaan baja bergelombang, selain mempercepat waktu pembangunan, juga lebih efisien secara pembiayaan. Biasanya, untuk membuat satu buah jembatan dengan beton bertulang, membutuhkan biaya sekitar Rp 120 miliar. Tetapi, untuk pembuatan overpass dengan struktur baja bergelombang dan timbunan ringan mortar busa, hanya membutuhkan anggaran Rp 35 miliar.
Pembangunan Overpass Antapani merupakan proyek kerja sama antara Pusjatan Kementerian PUPR, Pemerintah Kota Bandung, dan Pemerintah Korea. Dari anggaran Rp 35 miliar yang dibutuhkan untuk pembangunan Overpass Antapani, komposisi pembiayaan terdiri Rp 22 miliar berasal dari Pusjatan Kementerian PUPR, Rp 10 miliar dari Pemerintah Kota Bandung, dan Rp 3 miliar dari Pemerintah Korea dalam bentuk komponen material.