Meskipun dalam proses sertfikasi dibantu oleh Airbus, Budi menegaskan ide dan desain murni hasil karya anak negeri.
Dia mengatakan CN-245 merupakan pesawat kecil untuk daerah komersil yang jika dikembangkan bisa berkapasitas bisa 30-50 penumpang seiring dengan perkembangan teknologi yang semula hanya 10-12 penumpang.
Saat ini, Budi menuturkan pesawat-pesawatnya sebagian besar dibeli untuk keperluan pemerintahan dibandingkan dengan swasta, porsinya masih 90:10 persen.
"Kalau untuk keperluan pemerintahan itu biasanya (mempertimbangkan)'performance' (kegunaan) paling penting, tapi kalau swasta itu harga paling penting," katanya.
Baca Juga: Pesawat CN-235 Produksi PT Dirgantara Indonesia Tiba di Senegal
Selain itu, kata dia, negara-negara yang paling banyak memesan pesawat-pesawat PT DI tersebut, yaitu dari Timur Tengah dan Afrika.
"Itu pasar-pasar baru karena bisa dibilang dulu Afrika belum bisa beli pesawat baru, sekarang sudah bisa. Timur Tengah juga kita harapkan enggak ada masalah," katanya.
Budi mengatakan salah satu kelebihan dari pesawat yang diproduksinya, yaitu bisa dimodifikasi sesuai pesanan, terutama untuk VVIP.
"VVIP juga bisa dua versi, bisa dipakai penumpang biasa, bisa dipakai medical (medis), jadi satu pesawat dengan berbagai konfigurasi seperti ini, kalau pabrik besar 'kan sudah malas mengerjakannya," katanya.(Antara)