Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Senin (23/1/2017) ditutup turun sebesar 3 poin atau 0,06 persen ke level 5.250 setelah bergerak di antara 5.228-5.265. Sebanyak 129 saham naik, 175 saham turun, 106 saham tidak bergerak. Investor bertransaksi Rp 5.071 triliun.
"Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi jual bersih (net sell) Rp 120 miliar," kata Direktur PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, dalam keterangan resmi, Selasa (24/1/2017).
Pasar Amerika melemah pada akhir perdagangan menyusul langkah awal Presiden Donald Trump yang menyoroti sikap proteksionis terhadap perdagangan. Investor benar-benar mencoba untuk mengukur seperti apa potensi dampak dari pendeka-tan Trump terhadap perdagangan, ekonomi, pajak dan regulasi.
Baca Juga: Tahun Ini Waskita Beton Precast Tambah 2 Pabrik Baru
"Dow Jones ditutup melemah 0,14 persen ke level 19.799. S&P melemah 0,27 persen ke level 2.265. dan Nasdaq juga melemah 0,04 persen ke level 5.552," ujar Hans.
Pasar Eropa ditutup melemah pada akhir perdagangan setelah Donald Trump me-merintahkan AS untuk menarik diri dari kesepakatan perdagangan Trans-Pacific Partnership. Setelah optimisme investor terhadap Trump kini muncul kekhawatiran terkait dengan kebijakan proteksionismenya. Hal ini membuat investor bersi-kap wait and see, mereka mungkin memperkirakan penurunan lebih lanjut.
"Indeks FTSE melemah 0,66 persen ke level 7,151. DAX melemah 0,73 persen dan CAC melemah 0,60 persen," tutur Hans.
Kenaikan harga komoditas global di tahun ini akan membantu kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia. Diperkirakan pertumbuhan Indonesia bisa mencapai 5,3 persen di tahun ini. Kenaikan harga komoditas seperti minyak bumi, gas, kelapa sawit dan batu bara pada 2017 akan memberikan kontribusi kepada sektor ekspor yang dalam beberapa tahun terakhir tumbuh negatif. Harga komoditas ini juga akan memberikan dampak kepada peningkatan daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan sektor konsumsi rumah tangga terutama di daerah-daerah penghasil sumber daya alam.
Selain itu, kontribusi pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh gencarnya pembangunan sarana infrastruktur yang dalam jangka pendek. Ini didukung oleh penerimaan negara dari program amnesti pajak di tiga bulan per-tama 2017. Namun investasi dari sektor swasta diproyeksikan tidak bisa secara maksimal memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi, karena masih adanya tantangan dari sisi eksternal.