Mahasiswa Arsitektur Lanskap IPB menawarkan konsep Kota Bogor menuju kota yang sensitif air atau "water sensitive city" melalui hasil kajian manajemen kawasan sepadan Sungai Ciliwung.
"Seperti biasa setiap akhir semester, mahasiswa senantiasa menyampaikan hasil kajiannya kepada Pemerintah Kota Bogor, tahun ini topiknya 'urban water' dengan konsep kota yang sensitif terhadap air," kata Prof Hadi Susilo Arifin, dosen pembimbing Mahasiswa Arsitektur Lanskap dalam publikasi hasil kajian di Balai Kota, Senin (23/1/2017).
Hadi menjelaskan, ada dua topik kajian yang dilakukan mahasiswanya, yakni revitalisasi Pulo Geulis dan "River Front Delta" untuk menjadikan salah satu ikon baru Kota Bogor.
Baca Juga: Tol Becakyu Dongkrak Penjualan Apartemen Wismaya Residence
Kajian ini berangkat dari persoalan yang terjadi saat ini, krisis air dan ketersediaan ruang terbuka hijau sebagai dampak dari pertumbuhan penduduk di kota. Bogor sebagai salah satu kota besar di Indonesia termasuk dalam kota dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Menurut hasil kajian, pendekatan konsep "water sensitive city" dalam penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka merupakan upaya meningkatkan kualitas fungsi ekologi, sosial budaya dan estetika pada ruang terbuka hijau dan ruang terbuka biru di Kota Bogor.
"'Water sensitive city' memiliki kekuatan fokus pada penghargaan dan aktualisasi diri secara sosial, dapat menjadi kontributor kuat pada pertumbuhan kebutuhan sosial," kata Hadi.
Hadi menambahkan, kajian yang dilakukan mahasiswanya didukung oleh riset-riset yang sedang berjalan di bawah manajemen Australia Indonesia Centre (AIC) sejak awal tahun 2016.
Tapak kajian kasus pengembangan kawasan ekologi menuju Bogor sebagai kota sensitif air adalah Pulo Geulis di sebelah selatan Kebun Raya Bogor dan sempadan Sungai Ciliwung yang berada di timur Kebun Raya Bogor.
Tujuan kajian tersebut merevitalisasi lanskap Pulo Geulis dan mengusulkan pembuatan "promanade" di sisi Sungai Ciliwung yang melintas di Kenun Raya Bogor.