Indonesia Optimistis Rebut Pasar Kayu di Uni Eropa

Tomi Tresnady Suara.Com
Jum'at, 20 Januari 2017 | 07:42 WIB
Indonesia Optimistis Rebut Pasar Kayu di Uni Eropa
kayu gelondongan untuk kebutuhan industri. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengapalan perdana ekspor kayu Indonesia berlisensi "Forest Law Enforcement Governance and Trade (FLEGT)" ke Belgia tiba di pelabuhan Antwerpen menyusul pengapalan yang terlebih dahulu tiba di Tillburry dan Liverpool, Inggris yang menjadi momen penting bagi Indonesia.

Untuk merayakan momentum bersejarah ini, KBRI Brussel, bekerja sama dengan importir kayu Belgia, Altripan N.V dan Fepco N.V, mengelar resepsi bertajuk "Celebrating Indonesia's FLEGT Timber Export to the European Union" di Antwerpen, kata Sekretaris Pertama KBRI Brusel Ance Maylany, pada Jumat (20/1/2017), seperti dilaporkan Antara.

Acara resepsi selain dihadiri Menteri Lingkungan Hidup, Energi, dan Pembangunan Berkelanjutan Pemerintah Federal Belgia, Marie-Christine Marghem, dan Dirjen Lingkungan Hidup Komisi Eropa, Daniel Calleja Crespo.

Juga hadir importir kayu Belgia, Belanda, Austria, dan Jerman, wakil asosiasi kayu di Uni Eropa (UE), korps diplomatik UE dan ASEAN, otoritas setempat, wakil LSM kayu, dan wakil institusi UE terkait.

Baca Juga: Video Curhat TKW yang Viral di Sosmed Telah Ditangani KBRI Oman

Dalam sambutannya, Menteri Marghem secara khusus menyampaikan selamat kepada Indonesia atas capaiannya menjadi negara pertama dunia yang mendapatkan lisensi FLEGT.

Lebih jauh Menteri Marghem mengharapkan agar langkah Indonesia ini dapat diikuti oleh negara-negara lainnya untuk bersama mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan.

Hal senada dengan Menteri Marghem, Dirjen Daniel Calleja juga mengucapkan selamat atas prestasi Indonesia dan mengharapkan agar negara-negara lain dapat mengikuti langkah Indonesia.

Dengan diberlakukannya kayu 'hijau' berlisensi FLEGT, Dubes RI untuk Belgia, Yuri Thamrin sangat optimistis Indonesia dapat kembali merebut kembali pasar kayu UE yang pernah meredup menyusul isu deforestasi dan pembabakan liar.

Lebih jauh, Dubes Yuri mengharapkan agar skema FLEGT dapat menjadi model bagi peningkatan penetrasi produk komoditas Indonesia lainnya seperti palm oil ke UE.

Baca Juga: Gembong Al Qaeda Tewas Dibom

Sejak diberlakukannya Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK) pada tahun 2013, ekspor kayu Indonesia semakin meningkat dari USD 10.4 miliar (2013) menjadi USD 10.6 miliar pada tahun 2016.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI