Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa inflasi tahun 2016 terkendali pada level yang rendah dan berada di batas bawah kisaran sasaran inflasi 4±1 persen. Inflasi IHK bulan Desember 2016 tercatat sebesar 0,42 persen (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,47 persen (mtm), sehingga secara keseluruhan tahun inflasi 2016 tercatat 3,02 persen (yoy).
"Inflasi yang rendah tersebut didukung oleh inflasi inti yang rendah dan administered prices yang minimal, di tengah inflasi volatile food yang masih meningkat," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara, dalam keterangan resmi, Kamis (19/1/2017).
Pencapaian tersebut didukung oleh kebijakan Bank Indonesia (BI) dan koordinasi dengan Pemerintah yang semakin solid, baik di pusat maupun di daerah, dalam mengendalikan inflasi. Ke depan, upaya pengendalian inflasi akan menghadapi sejumlah risiko yang perlu terus diwaspadai, terutama terkait penyesuaian administered prices sejalan dengan kebijakan lanjutan reformasi subsidi energi oleh Pemerintah, serta risiko kenaikan harga volatile food.
Baca Juga: Pascapilpres AS, BI Sebut Kurs Rupiah Menguat
"Sehubungan dengan itu, koordinasi kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah akan terus diperkuat," ujar Tirta.
BI Nyatakan Sistem Keuangan Tetap Stabil
Selain itu, BI juga menyatakan bahwa kondisi sistem keuangan tetap stabil ditopang oleh ketahanan industri perbankan yang terjaga. Pada November 2016, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat sebesar 22,8 persen, dan rasio likuiditas (AL/DPK) berada pada level 20,5 persen. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tercatat sebesar 3,2 persen (gross) atau 1,4 persen (net).
Pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial telah dapat menurunkan suku bunga deposito 131 bps, suku bunga kredit modal kerja 94 bps, suku bunga kredit investasi 79 bps dan suku bunga kredit konsumsi 23 bps selama periode Januari-November 2016. Pertumbuhan kredit November 2016 tercatat sebesar 8,5persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,8 persen (yoy).
Sementara itu, pembiayaan ekonomi melalui pasar modal, seperti penerbitan saham (IPO dan right issue), obligasi korporasi, dan medium term notes (MTN), mengalami peningkatan. Selanjutnya, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada November 2016 tercatat sebesar 8,4 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,7 persen (yoy).
Ke depan, sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi dan dampak pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah dilakukan sebelumnya, pertumbuhan kredit dan DPK diperkirakan lebih baik, masing-masing dalam kisaran 10-12 persen dan 9-11 persen pada tahun 2017.