Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi RI Peringkat 3 Setelah Cina dan India

Jum'at, 13 Januari 2017 | 14:56 WIB
Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi RI Peringkat 3 Setelah Cina dan India
Presiden Joko Widodo menghadiri perayaan peringatan Hari Ulang Tahun Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan yang ke-44 di Jakarta Convention Center, Rabu (10/1/2017). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Di tengah ketidakpastian global yang sedang melanda, dalam kesempatan tersebut Presiden Joko Widodo juga mengajak seluruh pihak untuk tetap berlaku optimis. Sebab menurutnya, segala kesulitan apapun akan tetap dapat diatasi bila dihadapi dengan rasa optimis.

"Kita harapkan pada tahun ini semuanya optimis. Jangan ada kata-kata pesimis. Kesulitan apapun, tantangan yang banyak apapun, harus kita hadapi dengan rasa optimis. Dunia juga sama, kalau pemimpin-pemimpinnya tidak memberikan rasa optimis, bagaimana rakyatnya. Sulit? Iya sulit. Tantangan banyak? Iya tantangan banyak. Ekonomi global turun? Iya benar. Tapi setiap tantangan itu pasti ada juga kesempatan-kesempatan yang bisa kita ambil," kata Presiden Joko Widodo dalam pertemuan awal tahun dengan para pelaku industri jasa keuangan di Istana Negara, Jakarta, Jumat (13/1/2017).

Posisi Indonesia sendiri dalam pertumbuhan ekonomi dunia masih berada pada posisi yang sangat baik. Bila dibandingkan dengan negara-negara G20 misalnya, Indonesia masih berada pada posisi tiga besar.



"Coba kita lihat pertumbuhan ekonomi kita dibandingkan negara-negara yang lain, terutama G20. Kita masih pada urutan yang ketiga setelah India dan Tiongkok. Artinya kita sebetulnya berada pada posisi yang sangat baik. Tapi ini pun harus terus kita perbaiki," kata dia.

Demikian halnya dengan tingkat inflasi. Selama beberapa tahun ke belakang, tingkat inflasi di Indonesia pernah mencapai angka 8 hingga 9 persen. Namun, belakangan tingkat inflasi mampu ditekan hingga pada Desember 2015 sebesar 3,35 persen.

"Coba kita lihat sisi inflasi kita. Angka-angka ini harus kita sampaikan untuk menguatkan rasa optimisme bahwa fundamental ekonomi kita adalah baik. Inflasi kita lihat tahun yang lalu 3,35. Pada tahun-tahun sebelumnya, kita 8 sampai 9. Sudah bisa kita injak sampai 3,35. Ini juga bukan angka yang mudah diperoleh," tutur dia.

Namun, yang kini menjadi perhatian tersendiri, mantan Gubernur DKI Jakarta ini tetap mengingatkan soal kesenjangan di Indonesia. Meski angka gini ratio di Indonesia menurun bila dibanding sebelumnya, menurut Jokowi hal tersebut masih tetap merupakan peringatan bagi pemerintah agar terus bekerja lebih keras.

"Kita memang sudah pada posisi yang kuning menuju ke merah. Lebih dari 14 tahun catatan saya gini ratio kita naik terus. Yang terakhir 0,41, tapi alhamdulillah tahun kemarin bisa diturunkan menjadi 0,397. Turunnya sedikit, tapi turun jangan naik. Angka kesenjangan inilah yang menjadi tantangan berat kita," tambah dia.

Oleh karena itu Jokowi mengajak seluruh pihak untuk bekerja lebih keras sambil tetap memupuk semangat optimis dalam menghadapi segala tantangan.

"Pekerjaan kita masih banyak dengan tantangan-tantangan yang makin berat, tetapi sekali lagi kita harus optimis menghadapi itu," pungkas dia.

Tampak hadir dalam pertemuan tersebut di antaranya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad, dan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI