OJK Klaim Stabilitas Jasa Keuangan 2016 Masih Normal

Adhitya Himawan Suara.Com
Sabtu, 31 Desember 2016 | 05:00 WIB
OJK Klaim Stabilitas Jasa Keuangan 2016 Masih Normal
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad [suara.com/Dian Kusumo Hapsari]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Darmansyah Hadad, menegaskan bahwa sementara ini kondisi stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia masih berada dalam kondisi normal. Kinerja pasar keuangan domestik secara umum juga masih cukup baik. Tingkat kesehatan lembaga jasa keuangan juga masih dalam kondisi terjaga dengan didukung tingkat permodalan yang tinggi dan likuditas yang memadai.

"Aktivitas intermediasi lembaga jasa keuangan juga mencatat beberapa perbaikan," kata Muliaman dalam keterangan resmi, Jumat (30/12/2016).

Ia menjelaskan bahwa sampai dengan 29 Desember 2016, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada posisi 5.302,57 meningkat sebesar 15,45 persen dibandingkan posisi penutupan tahun lalu. Pertumbuhan IHSG sebesar 15,45 persen merupakan pertumbuhan indeks terbaik kedua di kawasan Asia Pasifik dan ranking 5 terbaik dunia. Dari sisi pertambahan jumlah emiten yang tercatat di BEI, di tahun 2016 ini BEI berhasil menambah 16 emiten saham baru. "Ini suatu angka yang jauh lebih baik dari Bursa Efek Singapura dan Filipina yang masing-masing justru kehilangan atau minus 10 dan 1 emiten di tahun yang sama," ujar Muliaman.

Untuk industri Reksadana juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik. NAB Reksa Dana meningkat 22,66 persen menjadi Rp333,61 triliun. Peningkatan juga terjadi pada jumlah dan nilai penawaran umum dimana Pasar Modal kita berhasil memobilisasi dana melalui IPO Saham sebanyak 14 perusahaan dengan nilai sebesar Rp12,07 triliun, right issue saham sebanyak 34 perusahaan sebesar Rp68,06 triliun, obligasi korporasi sebanyak 75 perusahaan sebesar Rp115,46 triliun dan total nilai Penawaran Umum selama 2016 sebesar Rp194,74 triliun atau naik 68,94 persen dari tahun sebelumnya.

Baca Juga: Dongkrak Penjualan Reksa Dana, OJK Luncurkan SPRINT

Sementara itu, sepanjang tahun 2016, kegiatan intermediasi Lembaga Jasa Keuangan (LJK) menunjukkan pertumbuhan yang moderat. Dana Pihak Ketiga tumbuh sebesar 8,40 persen yoy menjadi Rp4.734 triliun yang didominasi oleh pertumbuhan tabungan sebesar 12,49 persen kemudian giro (8,29 persen) dan deposito (5,85 persen).

Kredit perbankan per November 2016 tumbuh sebesar 8,46 persen yoy menjadi Rp4.285 triliun. Kredit Rupiah mendominasi pertumbuhan kredit dengan pertumbuhan sebesar 9,41 persen yoy sedangkan kredit valas tumbuh sebesar 3,35 persen. Dirinci per jenis penggunaan, kredit investasi tumbuh paling tinggi yakni sebesar 11,75 persen yoy, kemudian diikuti dengan kredit konsumsi (7,39 persen) dan kredit modal kerja sebesar 7,34 persen. Dari sisi sektor usaha, 4 sektor yang tumbuh paling tinggi pertumbuhan kreditnya adalah sektor listrik (40,17 persen yoy), sektor konstruksi (21,42 persen yoy), sektor administrasi pemerintahan (18,38 persen yoy) dan pertanian (16,67 persen yoy).

"Pada Industri Keuangan Non Bank, Total aset IKNB per November 2016 meningkat 10,59 persen menjadi Rp1.810 triliun. Peningkatan ini didukung peningkatan pada piutang pembiayaan sebesar 5,63 persen menjadi Rp383,76 triliun dan peningkatan investasi Dana Pensiun sebesar 12,64 persen menjadi Rp224,22 triliun," pungkas Muliaman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI