Indonesia merupakan sebuah negara dengan kondisi geografis yang istimewa. Terletak di posisi silang yang strategis di antara dua benua dan terdiri atas hamparan ribuan pulau yang dikelilingi oleh lautan, menempatkan aksesibilitas dan konektivitas antar pulau dan antar daerah sebagai satu kebutuhan utama masyarakat. Merangkai dan menyatukan Nusantara menjadi tugas berat sektor transportasi, yang harus diwujudkan oleh Pemerintah.
Merujuk kepada Nawa Cita yang merupakan agenda prioritas pemerintahan Presiden Jokowi-JK, Kementerian Perhubungan terus berupaya meningkatkan kapasitas transportasi, melalui pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana, guna meningkatkan konektivitas, produktivitas, dan daya saing rakyat.
Pun halnya dengan Bandar Udara Internasional Juwata (Bandara Juwata), Tarakan. Sebagai salah satu satuan kerja di bawah Kementerian Perhubungan, yang juga merupakan salah satu prasarana transportasi utama di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), Unit Pengelola Bandar Udara (UPBU) Juwata secara berkesinambungan terus berupaya mengembangkan kapasitasnya, untuk memenuhi kebutuhan transportasi, serta menyokong pertumbuhan ekonomi anak negeri.
Kalimantan Utara sendiri merupakan kawasan penghubung (hub) yang memiliki fungsi distribusi sekaligus merupakan wilayah transit, dalam konteks pergerakan arus lalu lintas moda transportasi dengan tujuan pemasaran. Hal tersebut menempatkan Bandara Juwata sebagai gerbang masuk baik bagi masyarakat maupun wisatawan asing dan domestik, serta sebagai penunjang arus logistik di wilayah Kalimantan Utara.
Baca Juga: Ini 3 Proyek Infrastruktur Perhubungan yang Disetujui RI-Jepang
Bandara Juwata dibangun pada masa penjajahan Belanda dan dijadikan pangkalan militer bagi pesawat tempur tentara Belanda. Pada tanggal 11 Januari 1942, Bandara Juwata juga tercatat sebagai bagian dari sejarah, sebagai tempat pendaratan pesawat tempur tentara Jepang untuk pertama kalinya di Indonesia.
Di era kemerdekaan, Bandara Juwata yang telah resmi dimiliki oleh negara Indonesia beroperasi sebagai Bandara Perintis. Pada awal tahun 2.000, statusnya ditingkatkan menjadi bandara domestik dengan panjang runway 1.850 meter.
Saat ini, delapan bulan setelah diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada Maret 2016 silam, terminal baru Bandara Juwata memiliki luas 12.440 m2, dengan panjang runway 2.250 meter, dan mampu melayani 40 penerbangan per hari, dengan kapasitas penumpang sebanyak 2.000 orang per hari.
Pembangunan tidak berhenti sampai di situ. Bandara yang berjarak sekitar 3 km dari pusat kota ini terus meningkatkan kapasitas melalui pengembangan fisik. Salah satu target utama pengembangan kapasitas Bandara Juwata adalah perpanjangan runway dari existing 2250 m menjadi 2500 m.
Menyokong Pertumbuhan Ekonomi
Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Juwata, Hemi Pamuraharjo, menuturkan bahwa perpanjangan runway merupakan salah satu target pengembangan infrastruktur Bandara Juwata.
“Kami ingin meningkatkan kapasitas penerbangan internasional di Bandara Juwata. Untuk itu yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah perpanjangan runway existing menjadi 2.500 meter, sehingga nantinya bias didarati oleh pesawat Airbus 320,” jelas Hemi dalam keterangan resmi, Jumat (30/12/2016).
Panjang runway Bandara Juwata saat ini, belum memadai untuk merealisasikan penambahan rute internasional. Saat ini baru terdapat satu rute internasional di Juwata, yakni Tarakan – Tawau, Malaysia, yang dilayani oleh maskapai Malaysia Airlines.
Penambahan jumlah rute internasional, papar Hemi, diharapkan dapat menarik kedatangan wisatawan asing, disamping juga domestik. Banyak obyek wisata potensial yang dapat dicapai dari Tarakan, diantaranya adalah Derawan, Maratua, Sangalaki dan Kakaban.
“Kami akan menggandeng pariwisata untuk sama-sama mengeksplore potensi wisata Kaltara dan sekitarnya. Bagaimana caranya agar jumlah wisatawan bisa meningkat,” tandas Hemi.
Selain peningkatan kapasitas penumpang, arus logistik juga menjadi perhatian Bandara Juwata. Masyarakat sekitar banyak menggunakan angkutan kargo untuk mengangkut komoditas hasil laut dari sekitar Pulau Tarakan.
Rencananya, apabila panjang runway telah memadai, Bandara Juwata akan menambah rute internasional, yang selain untuk mobilisasi penumpang, juga dapat mengakomodir pengangkutan hasil sumber daya laut Tarakan ke wilayah-wilayah luar negeri.
“Nantinya, kita akan siapkan cold storage di Juwata, untuk menyimpan komoditas laut yang hendak diekspor. Proses ekspor komoditi laut akan di-support dengan baik oleh Bandara Juwata,” papar Hemi.
Bandara Juwata, lanjut Hemi, akan menjadi salah satu penyokong utama aktifitas perdagangan di wilayah Kaltara. Peningkatan aktifitas pariwisata dan perdagangan akan turut mendukung pertumbuhan ekonomi warga Kaltara.
“Ini sekaligus pengimplementasian dari semboyan Kementerian Perhubungan, ‘Wahana Manghayu Warga Pertiwi’, yang maknanya Perhubungan sebagai wahana untuk menyejahterakan bangsa dan negara. Transportasi kita mampu menyokong perekonomian warga,” tandas Hemi.
Integrasi dengan Angkutan Sungai dan Laut
Selain perpanjangan runway, yang juga tengah dipersiapkan dengan serius adalah konsep konektivitas antara Bandara Juwata dengan angkutan sungai dan laut. Ke depannya, Bandara Juwata akan menjadi bandara pertama yang terkoneksi langsung dengan angkutan sungai dan laut, yang menghubungkan wilayah di sekitar kota Tarakan, yakni Nunukan, Bulungan, Malinau dan Tana Tidung.
"Saat ini Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tengah menggodok rencana pembuatan dermaga atau pelabuhan khusus speedboat, yang akan terkoneksi dengan pelabuhan-pelabuhan lain di sekitar wilayah Tarakan," papar Hemi.
Pembangunan dermaga di wilayah Bandara ini, terang Hemi lagi, memungkinkan penumpang pesawat udara untuk langsung terkoneksi dengan moda angkutan sungai atau laut. Integrasi antara angkutan udara dengan angkutan laut dimaksudkan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat Kaltara.
Peningkatan Kualitas SDM
Hanya masalahnya, lanjut Hemi, proses pengembangan prasarana dan peningkatan kapasitas fisik, seperti perpanjangan runway dan pembangunan dermaga tentu memakan waktu yang tidak sebentar.
"Perlu waktu setidaknya 3 tahun untuk perpanjangan runway. Karena kita perluasan ke arah laut, maka prosesnya dimulai dari reklamasi, pemadatan lahan, baru masuk ke pembangunan," terang Hemi.
Begitupun pembangunan fisik dermaga di Bandara Juwata. Setelah semua aspek selesai dikaji, pembangunan dermaga sampai dengan siap digunakan kira- kira membutuhkan waktu sekitar 2 tahun.
Untuk itu, paralel dengan pelaksanaan pembangunan prasarana, banyak hal lain yang juga tengah diupayakan oleh UPBU Juwata. Yang menjadi fokus utama saat ini, lanjut Hemi, adalah pembenahan internal, yakni peningkatan kualitas SDM, peningkatan pelayanan, dan peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) hingga Rp. 40 miliar di tahun 2017 mendatang.
SDM memegang peranan penting dalam pengelolaan dan pengoperasian Bandara. Untuk itu, perbaikan dan penyempurnaan terus dilaksanakan oleh Bandara Juwata. Peningkatan kualitas SDM saat ini tengah gencar dilakukan melalui berbagai program pelatihan. Selain itu juga dilakukan penyempurnaan struktur organisasi UPBU Juwata, melalui pembentukan beberapa unit kerja baru, seperti Hubungan Masyarakat, yang diharapkan dapat menyokong performa UPBU Juwata.
Pengembangan prasarana dipadukan dengan pengelolaan profesional oleh SDM berkualitas, tentu akan menghasilkan output yang baik untuk masyarakat. Harapannya, lanjut Hemi, Bandara Juwata dapat membantu menyokong perdagangan dan pariwisata daerah, sekaligus juga menjalankan peran sebagai tulang punggung perekonomian negara.
"Transportasi dan konektivitas yang baik akan berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat. Kami ingin mengokohkan peranan Bandara Juwata sebagai salah satu prasarana transportasi yang dapat menyokong pertumbuhan ekonomi masyarakat Kaltara dan sekitarnya,” pungkas Hemi.