Lebih lanjut terkait isu miring TKA Tiongkok, Tom menyampaikan bahwa porsi tenaga kerja asing (TKA) dari Tiongkok tergolong rendah. Dari data Kementerian Tenaga Kerja, jumlah TKA yang berasal dari Tiongkok sampai bulan November 2016 tercatat hanya 21.271 orang.
Sementara dari data Realisasi investasi yang menciptakan lapangan pekerjaan baru yang dimiliki oleh BKPM, jumlah TKA Tiongkok baru yang diserap dari realisasi investasi periode Januari-September 2016 tercatat 3.718 tenaga kerja atau 0,3% dari total penyerapan 975.898 tenaga kerja / lapangan pekerjaan baru. Jumlah tersebut terdiri dari penyerapan TKA sebanyak 17.966 tenaga kerja maupun penyerapan tenaga kerja Indonesia sebanyak 957.932 tenaga kerja.
Kepala BKPM Thomas Lembong mengemukakan data tersebut menunjukkan bahwa berbagai isu yang disampaikan terkait keberadaan TKA Tiongkok yang bekerja di Indonesia tidak benar. "Ini patut disesalkan sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden Jokowi dalam perayaan Natal nasional agar semua pihak menghentikan fitnah-fitnah terkait tenaga kerja asing," lanjutnya.
Menurut Thomas, realisasi investasi Tiongkok melonjak dari tahun 2014 berada di peringkat 8, kini di periode Januari-September 2016 mencapai USD 1,6 miliar berada di peringkat tiga. "Peningkatan realisasi investasi yang signifikan tersebut menjadi pemicu meningkatnya penggunaan TKA oleh investor Tiongkok yang ingin merealisasikan investasinya di Indonesia," jelasnya.
Baca Juga: Ini Modal Utama Daerah Tarik Investasi versi Kepala BKPM
Kenapa jumlah TKA di Indonesia turun terus dari tahun 2011 sampai 2014, kemudian baru mulai meningkat kembali di tahun 2015? Keterangannya sangat sederhana: TKA itu khususnya didatangkan oleh investor pada awal proyek. Di awal proyek-lah, terjadi pemasangan alat-alat dan permesinan yang mau tidak mau harus kita impor dari luar negeri, karena tidak tersedia dari dalam negeri.
Kenyataan itu berlaku untuk hampir semua proyek investasi, apakah pabrik tekstil, pembangkit listrik atau kilang minyak. Cetak biru dan manual instruksi pemasangan mesin dan alat itu pun sering kali dalam bahasa asing, seperti Bahasa Mandarin, Bahasa Jerman dan Bahasa Jepang.
"Jadi agar penyelesaian proyek bisa cepat, jauh lebih efisien untuk datangkan TKA dari negara yang juga tempat asal mesin dan alatnya," urai Tom.
Setelah tahun pertama dan tahun kedua proyek lewat, dan pemasangan alat dan mesin sudah tuntas, TKA pasti secepat mungkin dipulangkan oleh investor. Sebagaimana sudah diterangkan Presiden Jokowi, menggunakan TKA itu mahal buat investor, sehingga investor selalu berusaha secepat mungkin mengalihkan fungsi dari TKA kepada tenaga kerja lokal. "Mayoritas TKA itu sendiri juga biasanya inginnya pulang secepat mungkin, setelah tugas proyek-nya di Indonesia sudah selesai," pungkas Tom.