Suara.com - Pertumbuhan perekonomian yang stabil di Republik Indonesia dinilai tidak lain karena faktor investasi dan konsumsi yang tinggi dari masyarakat di Tanah Air.
"Suatu hal yang sulit kita pungkiri adalah pertumbuhan yang stabil tersebut tidak lepas dari sumbangan terbesar dari sektor konsumsi sebesar 53,8 persen dan investasi sebesar 31,6 persen," kata Wakil Ketua MPR Taufik Kurniawan dalam keterangan tertulisnya, Selasa.
Menurut politisi Partai Amanat Nasional itu, kedua hal tersebut merupakan penyumbang terbesar pertumbuhan pada tahun 2016 ini.
Namun, lanjutnya, pada saat yang bersama pengetatan dan penurunan pengeluaran anggaran pemerintah pada tahun ini akan berimbas pada target pertumbuhan 2017. Dia juga mengingatkan bahwa melihat kecenderungan ekonomi global, Cina dan Amerika Serikat juga dinilai sedang melakukan revisi kebijakan ekonominya masing-masing.
"China dan AS pun sedang dilanda gerakan revisi kebijakan ekonomi yang setiap saat mempengaruhi ekonomi dalam negeri, khususnya nilai tukar rupiah," kata Taufik.
Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan menilai lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) seharusnya sudah mengganjar Indonesia dengan peringkat layak investasi (investment grade), namun hal itu terhambat karena mekanisme internal di lembaga asal New York tersebut.
"S&P selalu mencoba menambah faktor penilaian yang kadang-kadang muncul, seperti masalah politik-lah, yang akhirnya mencegah mereka untuk 'upgrade'. Jadi masalahnya lebih ke S&P," kata Anton di Jakata, Kamis (22/12).
Anton mengatakan kriteria penilaian S&P itu berbeda dengan penilaian dari lembaga pemeringkat internasional lain, seperti Fitch Ratings dan Moody's, yang dinilai lebih banyak penilaian kepada aspek makroekonomi.
Sebagaimana diwartakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai bahwa keamanan merupakan salah satu faktor yang menentukan investor untuk menempatkan investasinya di suatu negara.
Keamanan menjadi salah satu faktor yang menentukan bagi investor terutama asing untuk berinvestasi ke suatu negara, termasuk Indonesia.
"Kalau keamanan tidak terjamin, maka dunia investasi terpengaruh," ujar Direktur BEI Samsul Hidayat di sela Seminar Partisipan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) di Jakarta, Kamis (15/12).
Menurut Samsul Hidayat, salah satu penggerak pasar modal Indonesia adalah investor asing. Bagi investor asing, Indonesia masih menjadi tempat yang kondusif untuk berinvestasi karena memberikan imbal hasil yang cukup tinggi.
Sementara itu, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terus melakukan perbaikan layanan investasi sebagai upaya antisipasi semakin menguatnya kurs dolar AS yang berdampak pada melemahnya mata uang negara-negara lain termasuk Indonesia.
Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong (20/12) mengatakan perbaikan layanan investasi merupakan salah satu kebijakan reformasi ekonomi yang harus terus dilakukan.
"Terpilihnya Donald Trump dengan kebijakan 'America First'-nya berdampak pada melemahnya nilai tukar mata uang negara-negara lain termasuk Indonesia. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah terus melakukan perbaikan layanan investasi," katanya. [Antara]
Investasi dan Konsumsi, Dua Faktor Stabilnya Pertumbuhan Ekonomi
Arsito Hidayatullah Suara.Com
Rabu, 28 Desember 2016 | 00:42 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Farhat Abbas soal Dugaan Dana UMKM Rp55 Miliar: Nggak Nyambung Sama Sekali!
08 November 2024 | 09:05 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI