"Dulu sebelumnya semua pemeriksaan dan kegiatan masih dilakukan manual sekarang sudah disediakan alat yang canggih sehingga lebih menjamin keamanan perbatasan," ujarnya.
Menurut Agus dalam satu hari PLBN Entikong rata-rata melayani sekitar 900 orang yang keluar masuk Kalimantan Barat - Malaysia.
"Menurut saya gedung yang sekarang sudah memadai untuk pelayanan keimigrasian dibanding sebelumnya," tutur Agus.
Sementara penduduk setempat, Atoy yang turut hadir menyaksikan peresmian menyampaikan harapannya bahwa fasilitas lainnya seperti tempat belanja, tempat hiburan dan penginapan juga berkembang di kawasan Entikong.
Baca Juga: Pembangunan Sekolah Sementara di 13 Lokasi Aceh Dimulai
"Untuk saat ini hotel yang ada baru satu disini, sisanya kos-kosan penginapan warga," katanya.
Penggunaan Ornamen Lokal
Konsep pembangunan PLBN terpadu Entikong dengan luas zona inti 19.493 m2 ini mengambil desain arsitektur dan lokalitas. Hal ini tercermin dalam konsep atap bangunan PLBN ditransformasi dari bentuk rumah panjang dan perisai suku dayak. Perisai melambangkan pertahanan NKRI yang bersifat melindungi, sedangkan corak dan warna diterapkan pada bagian elemen dinding dan relief pada bagian pintu gerbang.
Penggunaan ornamen lokal juga digunakan sebagai pola bukaan dan fasade. Pencahayaan menggunakan cahaya alami dengan banyak bukaan dengan material transparan.
Pembangunan PLBN Entikong dilakukan sejak Agustus 2015 terdiri dari bangunan utama, pos lintas kendaraan pemeriksaan, bangunan pemeriksaan kargo, bangunan utilitas (rumah pompa & Power house), monumen, gerbang kedatangan dan keberangkatan, jalan, lansekap dan jalur pedestrian.
Pembangunan kawasan perbatasan oleh Kementerian PUPR tidak hanya pos lintas batas saja, namun juga jalan paralel perbatasan, jalan akses menuju pos lintas batas dan pengembangan infrastruktur permukiman di kawasan perbatasan seperti pembangunan jalan lingkungan, drainase, pengelolaan sampah, air minum dan lainnya.