Kementerian Perindustrian hari ini menggelar konferensi pers memaparkan kinerja sektor industri selama 2016.
Dalam konferensinya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan industri makanan dan minuman menjadi penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar sektor manufaktur.
"Industri makanan dan minuman itu terhadap PBD sebesar 30,61 persen. Ini menjadi penyumbang terbesar dari industri subsektor non-migas. Kedua, industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik sebesar 10,68 persen, industri alat angkutan 10,35 persen serta industri kimia, farmasi, dan obat tradisional 10,05 persen," katanya di kantor Kemenperin, Jakarta Selatan, Kamis (22/12/2016).
Selain itu, lanjut Airlangga, untuk ekspor industri selama periode Januari-November 2016, industri pengolahan non migas membukukan nilai sebesar 99,65 miliar dolar AS atau berkontribusi sebesar 76,3 persen terhadap ekspor nasional senilai 130,65 miliar dolar AS.
Baca Juga: Industri Manufaktur Kunci Daya Saing Indonesa di Ranah Global
"Kontribusi tersebut lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya 72,18 persen. Meski ekonomi melambat, kami masih bisa menggenjot ekspor dengan baik," katanya.
Sedangkan untuk sisi impor industri pengolahan non migas sebesar 97,98 miliar dolar AS di periode yang sama 2016.
"Sektor industri mampu mencatat surplus neraca perdagangan sektor industri sebesar 1,67 miliar dolar AS," kata Airlangga.