Kedatangan Kapal Listrik Turki ke NTB Ditunda Februari 2017

Adhitya Himawan Suara.Com
Rabu, 21 Desember 2016 | 06:34 WIB
Kedatangan Kapal Listrik Turki ke NTB Ditunda Februari 2017
Kapal Pembangkit Listrik Marine Vessel Power Plant "Marine Vessel Power Plant (MVPP) "Karadeniz Powership Zeynep Sultan" berkapasitas 120 Mega Watt (MW) di Pelabuhan Nusantara Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/12). [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

General Manager Perusahaan Listrik Negara Wilayah Nusa Tenggara Barat Karyawan Aji, mengatakan kedatangan "Karpowership" atau kapal pembangkit listrik "Gokhan Bey" dari Turki ditunda hingga Februari 2017.

"Rencana awal akan datang pada akhir 2016. Mudahan Februari sudah masuk ke Lombok," kata Karyawan Aji, di Mataram, Rabu (21/12/2016).

Ia mengatakan, Karpowership adalah kapal apung pembangkit listrik sewa antara PLN dan keluarga Karadeniz, sebagai bagian dari program 35.000 mega watt (MW) yang dicanangkan Presiden Joko Widodo, hingga 2019 mendatang.

Kapal yang akan menghasilkan energi listrik sebesar 60 MW itu nantinya akan ditempatkan di perairan komplek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang, Desa Kebon Ayu, Kabupaten Lombok Barat.

Kedatangan kapal listrik tersebut, kata Karyawan, nantinya akan menggantikan peran mesin pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) sewaan dengan kapasitas 60 MW.

"Semua mesin pembangkit akan habis masa sewanya pada Maret 2016. Makanya mudahan Februari nanti kapal listrik itu sudah tiba," ujarnya.

Pihaknya sudah mengurus berbagai izin operasional agar kapal pembangkit listrik dari Turki itu bisa beroperasi di Pulau Lombok.

PLN juga sudah membangun jaringan transmisi yang nantinya dihubungkan dengan jaringan listrik dari kapal listrik tersebut.

"Nanti jaringan listriknya dari kapal ke gardu induk yang terhubung dengan sistem kelistrikan Lombok yang sekarang sedang dibangun," ucapnya.

Karyawan mengatakan, sistem Lombok merupakan yang terbesar, dengan daya mampu sebesar 285 MW dengan beban puncak tertinggi sebesar 230 MW, sehingga ada kelebihan daya sebesar 55 MW.

Berbeda dengan sistem Sumbawa yang hanya memiliki daya mampu sebesar 37,7 MW dengan beban puncak sebesar 38 MW.

Begitu juga dengan sistem Bima memiliki daya mampu sebesar 43,3 MW dengan beban puncak sebesar 42,7 MW.

Oleh sebab itu, lanjut dia, pasokan energi listrik di Pulau Sumbawa, masih perlu ditingkatkan, mengingat kebutuhan masyarakat dan dunia usaha di lima kabupaten/kota di pulau tersebut terus berkembang.

"Kami sudah membangun beberapa pembangkit listrik di Pulau Sumbawa, untuk meningkatkan daya pasok. Kapal listrik dari Turki juga nantinya bisa dipindahkan ke Pulau Sumbawa, ketika proyek pembangkit di Pulau Lombok sudah rampung," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI